Jakarta – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mempertanyakan realokasi anggaran untuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara. Dia menuturkan itu tidak bersifat mendesak, sehingga bisa dialihkan ulang untuk sektor lain yang lebih mendesak.Â
Lantaran, situasi ekonomi nasional kini tengah megap-megap. Ditandai oleh pelemahan tingkat daya beli masyarakat di dua bulan awal tahun ini.Â
Misalnya untuk Danantara, nanti dulu lah, biar konsolidasi dulu. Tapi untuk yang lesu-lesu, ekonomi perlu disuntik, kata Tauhid kepada www.wmhg.org, Minggu (30/3/2025).
Tanpa disokong oleh belanja negara, Tauhid menilai Danantara sudah memiliki aset dan tabungan yang besar. Terlebih, Danantara telah mengantongi dividen dari sejumlah BUMN raksasa.Â
Danantara sudah punya modal inti, kapitalisasi asetnya besar. Ini kan yang benar-benar bergantung pada APBN lebih banyak lagi, sebut dia.Â
Menurut dia, pemerintah perlu kembali melakukan realokasi dari sejumlah program yang banyak menyedot anggaran. Bedanya, jika dulu pengalihan uang negara bikin pemerintah harus berhemat, kini itu bisa dikembalikan untuk menggenjot belanja. Â
Karena itu yang dibutuhkan di kuartal kedua ini adalah kepastian realokasi anggaran. Itu harus cepat-cepat agar ada kepastian bagi pelaksana di tingkat teknis. Kalau enggak disetujui-setujui ya enggak jadi. Saya kira itu penting, tegasnya.Â
Bukan tanpa alasan, Tauhid menyebut efisiensi anggaran pemerintah telah berdampak pada pelemahan tingkat daya beli. Sebagai contoh, langkah penghematan membuat proses pengadaan barang dan jasa dari UMKM terkena imbas. Â
Saya kira pemerintah harus dorong anggaran lebih besar lagi untuk belanja program lebih banyak. Ini kan belum kelihatan, zaya kira ini harus didorong. Itu jadi peluang untuk membentuk perubahan, tuturnya.