Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan target angka pengangguran di 2025 berada di bawah 5 persen. Hanya saja, angka itu dinilai kurang ambisius bagi pemerintahan perdana Presiden Terpilih Prabowo Suabianto-Gibran Rakabuming Raka.
Ekonom dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita menyampaikan, angka pengangguran sebetulnya sudah berada di angka 4,8 persen.
Soal pengangguran di bawah 5 persen, sepengetahuan saya, rilis BPS bulan Mei tahun ini saja, angka pengangguran terbuka sudah 4,8 persen. Jadi targetnya terlalu santai, ungkap Ronny kepada www.wmhg.org, Senin (19/8/2024).
Dia memandang, pada konteks penurunan angka pengangguran tadi, perlu dijelaskan lebih lengkap. Misalnya, menyasar pada aspek kualitas pekerjaan.
Selain itu, konteksnya saat ini bukan lagi angka pengangguran, tapi harus detail lagi, misalnya kualitas pekerjaan. Mengurangai angka setengah pengangguran dan angka pekerja di sektor informal yang sudah mencapai angka memgkhawatirkan, paparnya.
Dia menyadari, target itu bisa tercapai dengan catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 7-8 persen setiap tahunnya. Sambil dibarengi dengan kualitas pertumbuhan yang juga baik.
Di mana tingkat Incremental Labour Output Ratio (ILOR)nya juga tinggi, sekitar 400 ribuan serapan tenaga kerja per 1 persen pertumbuhan, misalnya, ujar dia.
Anyway, strategi ke arah sana yang belum kita dengar dari Prabowo, baik strategi ke arah 8 persen maupun strategi teknis meningkatkan kualitas pertumbuhan (Quality of Growth) agar lebih banyak menyerap tenaga kerja dan menekan angka tenaga kerja di sektor informal, Ronny menambahkan.