Jakarta – Spirit Airlines yang bangkrut telah menolak tawaran merger baru dari maskapai bertarif rendah sekaligus pesaingnya Frontier Airlines.
Mengutip CNBC, ditulis Kamis (30/1/2025), Frontier menuturkan pada Rabu, 29 Januari 2025 kalau telah bertemu dengan dewan direksi dan eksekutif Spirit pada 7 Januari. Pertemuan ini untuk mengajukan proposal merger termasuk saham dan utang.
Dalam email, eksekutif Frontier mengatakan kalau rencananya lebih baik dari pada rencana Spirit untuk keluar dari kebangkrutan.
Kami terus percaya di bawah rencana mandiri saat ini, Spirit akan muncul dengan utang yang sangat besar, rugi di tingkat operasional dan ini bukan transaksi yang akan kami lalukan,” ujar Chairman Frontier Bill Franke dan CEO Barry Biffle dalam email kepada Chairman Spirit Mac Gardner dan CEO Ted Christie.
Akibatnya, waktu menjadi hal yang penting,”
Chairman Spirit Mac Gardner dan CEO Ted Christie menolak tawaran itu. Mereka menyebutkan persyaratannya tidak memadai dan tidak dapat ditindaklanjuti, hal itu menurut surat yang diserahkan ke pengajuan sekuritas pada Rabu, 29 Januari 2025.
Rencana merger baru Frontier menawarkan USD 400 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.262) kepada debitur Spirit. Selain itu, 19 persen saham di Frontier. Sprit menyebutkan, rencana itu juga mengusulkan kepada kreditor Spirit menyediakan USD 350 juta atau sekitar Rp 5,69 triliun dalam pendanaan baru.
Eksekutif Spirit menyebutkan proposal Frontier “berisiko dan mahal” tanpa kepastian mengenai waktu atau hasil dan sangat tidak memadai secara keuangan.
Namun, Spirit akan mempertimbangkan tawaran yang lebih baik. “Jika Anda ingin membuat proposal yang direvisi yang sebenarnya mampu ditutup, dan mengatasi kekurangan material dan dalam banyak komunikasi kami. Kami akan senang hati mempertimbangkannya dan kembali bekerja untuk mengaktifkan pemangku kepentingan kami untuk melakukannya,” tulis Spirit.