Jakarta International Energy Agency atau IEA memperkirakan kapasitas baterai akan meningkat signifikan pada tahun 2030 untuk mendukung transisi energi bersih. Target utamanya adalah untuk meningkatkan ketahanan pasokan dengan memperkuat rantai pasokan mineral kritis, seperti litium dan memperluas kapasitas daur ulang.Â
Hal ini penting untuk menurunkan biaya produksi baterai hingga 30%, mengurangi ketergantungan bahan mentah baru dan meningkatkan akses energi bersih yang lebih terjangkau. Khususnya di sektor transportasi dan penyimpanan energi terbarukan.Â
Teknologi baterai pun semakin berkembang pesat. Semua pabrikan baterai yang didominasi oleh Tiongkok saling bersaing menciptakan teknologi yang semakin mutakhir dengan density tinggi, daya charging cepat, aman dan ramah lingkungan.
Selain baterai, laporan IEA 2024 juga menyoroti pertumbuhan pesat hidrogen bersih sebagai elemen kunci dalam dekarbonisasi. Khususnya, pada sektor industri berat dan transportasi. Pada 2030, diharapkan kapasitas produksi hidrogen rendah karbon meningkat tiga kali lipat dengan investasi lebih besar pada infrastruktur. Terutama di wilayah dengan target nol emisi.Â
Tantangan utama meliputi biaya tinggi, pengembangan teknologi, dan akses ke sumber daya energi bersih. Butuh strategi kebijakan yang lebih kuat untuk memastikan rantai pasokan hidrogen yang handal dan terjangkau.Â
Dalam aplikasinya, teknologi hidrogen mempunyai tantangan tersendiri yang lebih komplek. Hal ini karena sifat dan karakteristik dari material itu sendiri mulai dari aplikasi, penyimpanan serta rantai pasoknya. Akan tetapi hidrogen sendiri merupakan energi terbarukan yang tidak ada batasnya sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut dan lebih ramah lingkungan.