Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan alasan di balik keputusan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mengambil jalur negosiasi dalam merespons kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Menurut Airlangga, keputusan ini didasari pertimbangan Amerika Serikat merupakan mitra strategis bagi Indonesia. Dalam berbagai pembicaraan dan rapat, Presiden Prabowo memberikan arahan agar Indonesia tidak mengambil langkah konfrontatif, melainkan menempuh strategi diplomasi ekonomi melalui negosiasi.
Arahan Bapak Presiden untuk merespons ini, dalam beberapa kali pembicaraan bahkan dalam rapat, ini Indonesia memilih jalur negosiasi karena Amerika merupakan mitra strategis, kata Airlangga dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025).
Salah satu langkah konkret yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah melakukan revitalisasi terhadap perjanjian perdagangan dan investasi, termasuk Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang terakhir diperbarui pada tahun 1996 dan kini dianggap sudah usang.
Malaysia juga akan mendekati Indonesia melakukan perjanjian TIFA, ujar dia.
Pemerintah Upayakan Sejumlah Reformasi Kebijakan
Sebagai bagian dari strategi negosiasi, pemerintah Indonesia juga tengah mengupayakan sejumlah reformasi kebijakan, termasuk deregulasi terhadap berbagai non-tariff measures (NTM).
Salah satu permintaan utama dari pihak Amerika Serikat adalah terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT), khususnya bagi investasi perusahaan-perusahaan AS di kawasan seperti Batam, yang telah mendapat status sebagai zona perdagangan bebas (free trade zone).