Jakarta PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) kembali mempertahankan Peringkat Kekuatan Keuangan Asuransi (Insurer Financial Strength/IFS) ‘A+’ dengan prospek stabil dari Fitch Ratings. Prestasi ini telah dicapai Tugure secara konsisten sejak 2017, menunjukkan ketangguhan dan stabilitas perusahaan dalam menghadapi tantangan pasar dalam berbagai kondisi.
Dalam laporan resmi yang dirilis pada Jumat (22/11/2024), Fitch Ratings mencatat sejumlah indikator positif dari kinerja Tugure. Salah satunya adalah perbaikan manajemen risiko yang tercermin pada penurunan rasio gabungan (Combined Ratio/COR) menjadi 100% pada semester I 2024. Hal ini menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menjaga efisiensi operasional.
Fitch juga mengapresiasi strategi Tugure dalam mempertahankan pertumbuhan portofolio premi jangka pendek yang lebih menguntungkan serta menciptakan komposisi portofolio yang seimbang. Langkah ini dinilai efektif untuk memastikan stabilitas kinerja dan keberlanjutan bisnis perusahaan.
Presiden Direktur Tugure, Teguh Budiman, menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan bukti komitmen Tugure untuk menjaga kinerja yang sehat dan berkelanjutan.
“Pemeringkatan ini menegaskan posisi Tugure sebagai salah satu reasuradur dengan tingkat resiliensi tinggi di Indonesia. Kami berhasil menjaga peringkat A+ dan kinerja stabil sejak 2017. Portofolio investasi Tugure juga dinilai cukup likuid dan aman, dengan penempatan utama pada obligasi pemerintah dan korporasi berperingkat minimal ‘AA’,” ungkap Teguh.
Dari sisi kapitalisasi, Fitch mencatat bahwa Tugure terus mempertahankan rasio modal berbasis risiko (Risk-Based Capital/RBC) di atas persyaratan minimum regulasi sebesar 120% selama lima tahun terakhir.
Selain itu, Fitch menilai profil bisnis Tugure sebagai \’moderat\’, dengan tata kelola perusahaan yang sebanding dengan perusahaan sejenis di dalam negeri. Tugure memegang pangsa pasar sebesar 11% dari total premi bruto (Gross Premium Written/GPW) sektor reasuransi Indonesia pada 2023. Segmen bisnis utama Tugure mencakup properti (43%) dan kredit (26%), di mana lebih dari separuhnya berasal dari lini asuransi fakultatif.