Jakarta Tupperware tengah bersiap untuk mengajukan kebangkrutan pada pekan ini. Hal tersebut usai upaya selama setahun untuk menghidupkan kembali bisnis tersebut di tengah menurunnya permintaan.
Dikutip The Straits Times, Rabu (18/9/2024), Tupperware berencana untuk mengajukan perlindungan pengadilan setelah melanggar persyaratan pembayaran utangnya, dan meminta bantuan penasihat hukum dan keuangan.
Persiapan Tupperware bangkrut ini menyusul negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware dan para pemberi pinjamannya mengenai cara mengelola utang lebih dari USD 700 juta. Para pemberi pinjaman sepakat pada tahun 2024 untuk memberinya kelonggaran atas persyaratan pinjaman yang dilanggar, tetapi perusahaan tersebut terus memburuk.
Rencana tersebut belum final dan bisa saja berubah. Seorang perwakilan Tupperware menolak berkomentar.Â
Tupperware selama bertahun-tahun telah memperingatkan adanya keraguan dalam kemampuannya untuk tetap bertahan dalam bisnis. Pada bulan Juni, perusahaan tersebut membuat rencana untuk menutup satu-satunya pabriknya di AS dan memberhentikan hampir 150 karyawan.
Pada tahun 2023, perusahaan mengganti kepala eksekutif Miguel Fernandez dan beberapa anggota dewan sebagai bagian dari upaya untuk membalikkan keadaan bisnis, dengan menunjuk Laurie Ann Goldman sebagai CEO baru.Â
Tupperware pada tahun 1946 memperkenalkan produk plastiknya kepada masyarakat setelah pendirinya Earl Tupper menemukan segel kedap udara yang fleksibel. Merek tersebut meroket ke rumah-rumah di Amerika sebagian besar melalui penjualan yang digelar di pinggiran kota.
Perusahaan ini terus beroperasi selama hampir 80 tahun dan sangat bergantung pada penjualan langsung oleh banyak vendor amatir, dengan jumlah penjual atau wiraniaga independen yang tercatat dalam dokumen peraturan mencapai lebih dari 300.000 orang pada tahun 2022.