Jakarta Dolar Amerika Serikat (USD) melemah terhadap mata uang kuat lainnya menyusul angka inflasi AS yang menunjukkan peredaan. Pelemahan USD mendorong mata uang Euro ke level tertingginya dalam delapan bulan.
Mengutip Channel News Asia, Kamis (15/8/2024) Euro terakhir naik 0,18 persen terhadap greenback menjadi USD 1,1014, melampaui level tertinggi selama gejolak pasar pekan lalu, dan diperdagangkan pada level terkuatnya sejak 2 Januari 2024.
Indeks dolar AS sedikit lebih rendah pada 102,57.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, para pedagang kini memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan September sebelum data harga produsen dirilis, dan meningkatkan taruhan untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin setelah rilis data tersebut menjadi 56 persen dari 53 persen pada hari sebelumnya.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi meningkat 0,2% di bulan Juli 2024, sehingga tingkat inflasi Amerika kini berada pada 2,9%. Adapun CPI inti mencatatkan kenaikan bulanan sebesar 0,2% dan tingkat tahunan sebesar 3,2%.
Ini merupakan tingkat inflasi AS terendah sejak Maret 2021, sedangkan tingkat inflasi inti adalah yang terendah sejak April 2021.
(Inflasi AS ) ini sedikit mengecilkan ekspektasi penargetan penurunan suku bunga 50 basis poin pada bulan September, kata Amo Sahota, direktur Klarity FX di San Francisco.
Ini merupakan pendekatan reflektif yang lebih tenang terhadap angka inflasi, bebernya.
Sementara itu, Poundsterling gagal memperoleh keuntungan dari melemahnya Dolar AS. Mata uang Inggris itu turun 0,29 persen menjadi $1,2825 setelah data menunjukkan kenaikan inflasi konsumen Inggris lebih kecil dari perkiraan pada bulan Juli.