Jakarta – Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dan inflasi tinggi telah mendorong investor tidak lagi investasi dan beralih ke emas secara signifikan. Demikian berdasarkan riset terbaru World Gold Council (Wgc).
Mengutip Kitco, ditulis Sabtu (12/4/2025), pasar emas meski telah melihat arus masuk yang solid ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa atau exchange traded fund (ETF) sejak awal tahun, data arus Maret dari dari WGC menunjukkan peningkatan yang luas di semua wilayah utama.
Menurut laporan itu, dana yang terdaftar di Amerika Utara mewakili 61% dari total arus masuk, sementara pasar Eropa menyumbang sekitar 22% dari permintaan. Kemudian pasar Asia mewakili 16% dari arus masuk global.
Permintaan Eropa telah menjadi bagian yang hilang, berkinerja buruk di pasar emas selama beberapa bulan terakhir dibandingkan dengan wilayah lain. Namun, WCG mencatat dana ini mulai masuk ke Eropa. “Arus kuartal pertama di Eropa sebesar USD 4,6 miliar menonjol sebagai kuartal terkuat sejak kuartal I 2020,” ujar analis dalam laporan itu.
Secara total, 92 ton emas, senilai USD 8,6 miliar, mengalir ke ETF global bulan lalu. Sementara itu, 226 ton emas, senilai USD 21 miliar, mengalir ke ETF pada kuartal pertama, menandai level kuartalan tertinggi kedua dalam dolar AS, hanya di belakang kuartal kedua tahun 2020.
Melihat dari regional, ETF Amerika Utara melihat kepemilikan emas meningkat sebesar 67,4 ton bulan lalu. Para analis mengatakan permintaan terus didorong oleh faktor-faktor yang biasa, termasuk momentum yang solid ditambah dengan kekacauan ekonomi dan ketidakpastian geopolitik.
Selain itu, kemunduran ekuitas, karena kekhawatiran pertumbuhan dan kekhawatiran likuiditas pasar di tengah pengetatan kuantitatif yang sedang berlangsung, semakin mendorong permintaan investor untuk aset safe haven,” kata analis.