Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengungkap kondisi penetrasi asuransi di Indonesia. Dia menuturkan, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.
Sebut saja ada Singapura, Thailand, dan Malaysia yang menjadi perbandingannya. Di satu sisi, Shinta mencatat pertumbuhan investasi asuransi dan nilai aset industri asuransi setelah pandemi Covid-19.
Sayangnya, di sisi lain penetrasi asuransi masih menjadi tantangan karena angka yang rendah di Indonesia. Dia mengacu data ASEAN Insurance Surveillance Report 2022.
Penetrasi asuransi di Indonesia hanya 1,4 persen dari PDB, jauh lebih rendah dari berbagai negara ASEAN seperti Singapura 12,5 persen, Thailand 3,8 persen dan Malaysia 3,8 persen, ungkap Shinta dalam IndonesiaRe International Conference 2024, di Jakarta, Kamis (25/7/2024).
Selain penetrasi asuransi, dia mencatat tinfkat densitas asuransi juga masih berada di bawah target. Dalam tatanan makro terkait pendalaman dan perluasan sektor keuangan, sumber pendanaan jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun menurun dari 11,3 persen menjadi 7,3 persen pada tahun 2022.
Di sisi lain, tingkat literasi dan inklusi pada sektor asuransi masih berada di bawah lembaga jasa keuangan lainnya, meskipun telah mengalami peningkatan selama 2 tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan tingkat penetrasi dan densitas asuransi yang masih relatif rendah di Indonesia, paparnya.
Shinta menyebutkan, literasi pada sektor perasuransian hanya sebesar 31,7 persen dan inklusi sebesar 16,6 persen. Pencapaian ini masih jauh di bawah sektor perbankan dengan capaian literasi sebesar 49,9 persen dan inklusi hingga 74 persen.