wmhg.org – JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) akan terus tumbuh positif pada 2025 mendatang.
Mengutip situs Trading Economics, harga CPO berada di level RM 5.131 per ton pada Senin (11/11) pukul 14.30 WIB. Harga CPO telah melonjak 18,57% month to month (mtm) atau sebulan terakhir. Dalam satu tahun terakhir, harga CPO melesat 31,02% yoy.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan, tren kenaikan harga CPO di pasar global diprediksi akan terus berlanjut setidaknya sampai kuartal I-2025 nanti. “Kemungkinan harga CPO tetap di level yang tinggi di kisaran RM 5.000 per ton,” kata dia, Senin (11/11).
Peningkatan harga ini tak lepas dari tingginya kebutuhan CPO di kala suplai komoditas tersebut yang cukup ketat. Asal tahu saja, pemerintah akan menggulirkan program biodiesel B40 mulai Januari 2024. Di sisi lain, produksi CPO nasional sedang dalam tren melambat seiring aktivitas agronomis sepanjang 2022 dan 2023 akibat minimnya pemupukan dan faktor perubahan iklim.
Dalam berita sebelumnya, Gapki memproyeksikan produksi CPO di dalam negeri turun sekitar 5% pada 2024.
Di atas kertas, kenaikan harga CPO dapat menjadi momentum bagi para produsen sawit untuk mendongkrak kinerja keuangannya. Namun, Gapki menilai bahwa para produsen sebenarnya menginginkan harga CPO yang relatif stabil.
Jika harga CPO terus-terusan melambung, risikonya juga cukup besar. Misalnya, harga minyak goreng juga bisa ikut melonjak, sehingga berpotensi mengerek inflasi.
Dalam konteks implementasi B40, kenaikan harga CPO tanpa terkendali juga kurang baik jika dibarengi oleh penurunan harga minyak mentah. “Akibatnya, dana insentif untuk B40 jadi naik karena selisih harga CPO dan minyak mentah terlalu lebar, sehingga ujung-ujungnya bisa mengganggu insentif pendanaan untuk replanting,” pungkas dia.