wmhg.org –KUTAI KERTANEGARA. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) terus melalukan inovasi dalam mencapai produktifitas, efisiensi dan profitabilitas dalam proses produksi tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO). Untuk memenuhi ketiga hal tersebut, BWPT melakukan mekanisasi dan juga menggunakan teknologi digital di perkebunan kelapa sawitnya.
Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan sudah memakai sistem mekanisasi untuk menanam dan juga mengolah limbah janjang kosong untuk pemupukan di perkebunan sawit. Tentunya dikombinasikan dengan sistem manual yang juga masih diterapkan.
Perusahaan sudah memakai traktor untuk melakukan penanaman bibit kelapa sawit yang berusia 10 sampai 12 bulan. “Kami sudah memakai alat khusus pembuat lubang yang digerakkan traktor. Jadi lebih cepat,” kata Ronny Gandey Group Head Estate Operations PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), dalam kunjungan ke lahan Perkebunan Kelapa Sawit PT Jaya Mandiri Sukses, Kamis (17/10).
KONTAN melihat proses penanaman bibit kelapa sawit yang berusia 12 bulan. Pada areal seluas 200 hektar yang berada di dalam Izin Usaha Perkebunan (IUP) yang dimiliki perusahaan, traktor dengan alat penanam berbentuk bor spiral melubangi tanah dengan cepat dan sesuai ukuran lubang yang diperlukan kelapa sawit. Tak sampai 3 menit lubang sudah tersedia dan pohon sawit siap ditanam.
Bibit kelapa sawit yang sudah tertanam itu kemudian diberi pupuk rock phosphate. Pupuk selanjutnya akan diberikan 1 bulan kemudian dan seterusnya sesuai SOP. Untuk menanam bibit kelapa sawit, jarak tanam sekitar 9 meter dengan pola tanam segitiga, ujar Ronny.
Dengan menggunakan metode mekanisasi ini membuat kinerja menjadi lebih mudah, cepat dan homogen. Ronny berharap penanaman tanaman baru kelapa sawit di areal IUP pada tahap awal seluas 2.000 hektare dengan kombinasi antara metode mekanisasi dan manual ini bisa selesai pada Desember 2024. Selanjutnya, akan mencapai 4.000 hektare di tahun-tahun berikutnya.
Selain menanam, Ronny mengungkapkan bahwa perusahaan juga melakukan mekanisasi dalam proses pemupukan NPKMg di perkebunan. Tidak lagi hanya manual memakai tangan manusia, tetapi juga memakai traktor yang bisa lebih cepat dalam menebar pupuk tersebut.
Terakhir kata Ronny, pihaknya juga menggunakan sistem digitalisasi dalam proses pekerjaan sehari-hari, mulai dari pembuatan rencana kerja harian, pemantauan progress pekerjaan, hingga laporan. Digitalisasi ini mencakup semua aspek operasional dan dukungan administrasi.
“Kami merintis sistem digitalisasi ini sejak tahun 2018, dimulai dari sistem panen digital kemudian dikembangkan hingga ke fleet management (eFleet, eWarehouse dan lainnya),” kata dia.
Ia juga menjelaskan bahwa untuk mendukung digitalisasi di operasional, Perusahaan menyediakan gadget (ponsel pintar) yang sudah ditanamkan aplikasi yang dikembangkan oleh Perusahaan. Gadget ini digunakan dari level mandor/krani hingga pimpinan region dan kantor pusat, ujar Ronny.
Kata Ronny, dengan digitalisasi yang dilakukan maka Perusahaan dapat mengetahui hasil kinerja di lapangan secara detail. Kehadiran karyawan juga dapat dimonitor langsung melalui deteksi wajah.
“Bisa saya katakan ini sangat transparan dan sangat efektif untuk memonitor kegiatan di lapangan. Termasuk sistem payroll yang otomatis terintegrasi dengan penilaian hasil kerja karyawan, imbuh dia.