wmhg.org – JAKARTA. Himpunan Kawasan Industri (HKI) berharap pertumbuhan bisnis kawasan industri juga akan berkembang seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan akan tumbuh di kisaran 4,9% hingga 5,2% tahun 2025 mendatang.
Ketua HKI Sanny Iskandar menuturkan bahwa kesempatan bisnis kawasan industri untuk berkembang juga berjalan seiring meningkatnya aktivitas investasi dan dukungan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran.
HKI juga berharap di tahun depan pertumbuhan ekonomi lebih baik, terutama dengan meningkatnya aktivitas investasi dan dukungan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran, ujar Sanny kepada Kontan, Senin (23/12).
Namun ia tak menampik, ada beberapa tantangan yang berpotensi menjadi batu kerikil bisnis kawasan industri. Salah satunya adalah kondisi ekonomi global yang mengakibatkan ketidakpastian seperti fluktuasi harga komoditas, inflasi dan suku bunga internasional. Hal tersebut disebutnya akan mempengaruhi minat investasi.
Lalu, situasi geopolitik dunia yang penuh dinamika juga dinilai HKI dapat mempengaruhi supply chain dan jalur perdagangan.
Sementara dari dalam negeri, Sanny menyoroti kebijakan pemerintah yang kerap tumpang tindih antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai salah satu tantangan bisnis di tahun 2025.
Ia memberikan contoh, beberapa perubahan yang terjadi atas peraturan perdagangan yang berjalan, masalah tata ruang daerah yang banyak belum disahkan, masalah perizinan bangunan, serta yang paling bermasalah, yaitu menumpuknya permohonan persetujuan amdal.
Apalagi menurut Sanny, ada putusan Mahkamah Konstutisional (MK) yang membatalkan beberapa pasal dalam klaster Ketenagakerjaan pada UU Cipta Kerja. Ini berakibat pada ketidakjelasan dasar penetapan upah minimum dan upah sektoral.
Walaupun banyak tantangan, tetapi Sanny masih melihat ada peluang yang bisa dipetik dari penyelesaian dari beberapa proyek strategis. Diantaranya jalan tol, bendungan air, pembangkit listrik, jalur suplai gas industri, infrastruktur digital serta pelabuhan akan meningkatkan daya tarik kawasan industri tertentu.
Tren permintaan
Sanny meramalkan sektor bisnis data center masih akan menjadi salah satu penopang utama bisnis kawasan industri. Dengan meningkatnya digitalisasi dan kebutuhan akan penyimpanan data yang aman dan efisien akan memengaruhi kebijakan pemerintah terkait transformasi digital, serta pertumbuhan layanan cloud computing dan e-commerce.
Menurutnya, keberhasilan industri data center berkembang pesat di Indonesia, didukung oleh masuknya investasi asing serta tingginya kebutuhan domestik.
Meski ramai peminat, tetapi sektor ini juga menghadapi tantangan terkait ketersediaan energi listrik yang besar dan stabil serta suplai air untuk pendinginan (colling system).
Dan kawasan industri yang mampu menyediakan kebutuhan infrastruktur dan utilitas pendukung diatas secara memadai akan menjadi pilihan utama bagi investor, tegas Sanny.
Selain data centre, ia pun meramalkan sektor seperti kendaraan listrik (EV), farmasi, makanan minuman, consumer goods dan logistik berpeluang menjadi kontributor utama penjualan lahan.
Ditambah lagi, gaya hidup keberlanjutan (sustainability) juga turut melahirkan permintaan akan kawasan industri yang ramah lingkungan.Investor akan semakin sadar terhadap isu ESG (Environmental, Social, Governance).
Di sisi lain, Sanny menuturkan bahwa industri padat karya memiliki peluang besar untuk bangkit, terutama jika pemerintah memperkuat insentif seperti pengurangan pajak dan dukungan subsidi upah. Menurut HKI, dengan kebijakan yang tepat, sektor ini dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mendorong daya saing global.
Kebijakan yang dapat mengungkit kinerja bisnis kawasan industri tahun depan adalah yang mampu mendukung penguatan infrastruktur, pemberian insentif pajak, adanya stimulus terhadap sektor energi terbarukan dan digitalisasi industri. Beberapa hal tersebut dapat menjadi game changer dan faktor pendorong kinerja bisnis tahun depan.
Selain itu, lanjutnya, kebijakan yang berfokus pada penciptaan lingkungan yang kondusif untuk investasi adalah kebutuhan akan adanya kepastian hukum, yang berperan besar dalam membangun kepercayaan dan mendorong aktivitas bisnis.
Jika masalah mengenai kepastian kebijakan dan penegakan hukum tidak diupayakan terus oleh pemerintah, maka perkembangan industri manufaktur padat karya akan susah bertumbuh dan bahkan malahan yang sudah ada akan hengkang dari Indonesia. Hal ini sangat tidak positif bagi keinginan presiden yang ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, ujarnya.
Mengenai proyeksi tren permintaan terhadap komoditas tahun depan, HKI menjelaskan bahwa pasar global cenderung menghadapi permintaan terhadap komoditas yang berkaitan dengan energi, pangan, dan logam dasar diprediksi akan tetap kuat.
Sanny menuturkan kemungkinan harga akan dipengaruhi oleh dinamika geopolitik dan kebijakan moneter negara-negara besar.
Dari sini kami melihat ada peluang bagi Indonesia untuk mengambil manfaat dari kondisi tersebut, terutama dengan fokus pada hilirisasi, tandasnya.