wmhg.org – JAKARTA. Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) menyoroti berbagai masalah yang dihadapi oleh mitra ojek online (ojol) dalam hubungan mereka dengan pihak aplikator.
Dalam aksi mogok yang dilakukan pada Kamis (29/8), Direktur IDEAS, Haryo Mojopahit, mengidentifikasi empat isu utama yang menjadi perhatian.
Pertama, masalah jam kerja dan penghasilan yang layak. Hasil survei IDEAS pada 2023 terhadap 225 pengemudi ojol di Jabodetabek menunjukkan bahwa 68,9% pengemudi bekerja antara 9 hingga 16 jam per hari, jauh lebih lama dari jam kerja normal.
Sebanyak 79,6% responden bekerja 6-7 hari per minggu, dan 42,2% di antaranya bahkan bekerja tanpa hari libur, kata Haryo dalam keterangan tertulisnya pada Kamis (29/08)..
Lebih lanjut ia bilang, pendapatan kotor bulanan pengemudi ojol di Kota Bekasi, misalnya, hanya sekitar Rp 3,9 juta atau 79% dari upah minimum kota yang sebesar Rp 5 juta.
Kedua, risiko kerja yang tinggi dan kurangnya jaminan kesehatan. Dengan jam kerja yang panjang di jalan raya, mitra ojol menghadapi risiko kecelakaan yang tinggi.
Sebanyak 31,6% responden mengaku pernah mengalami kecelakaan, dengan 2,7% di antaranya mengalami luka berat. Namun, 35,1% responden tidak memiliki jaminan kesehatan, dan hanya 12,9% yang difasilitasi oleh perusahaan aplikator.
Ketiga, posisi kemitraan yang tidak setara dan cenderung tidak adil. Survei IDEAS menunjukkan hanya 4,9% responden merasa aspirasinya ditindaklanjuti oleh aplikator.
Sebaliknya, 81,3% responden menyatakan aspirasi mereka hanya direspon secara basa-basi atau bahkan diabaikan. Selain itu, sebanyak 45,3% responden pernah mengalami sanksi suspend, yang dilakukan secara sepihak oleh aplikator.
Keempat, pengelolaan kerja yang tidak partisipatif dan keterwakilan yang minim. IDEAS menyoroti dominasi pihak aplikator dalam pengambilan keputusan tanpa melibatkan mitra ojol.
Sebanyak 67,1% responden menyatakan perusahaan melarang mereka bergabung atau membentuk serikat pekerja, dengan ancaman sanksi hingga putus kemitraan.
Haryo mengusulkan solusi jangka panjang berupa transformasi kelembagaan platform digital menjadi koperasi, di mana platform akan dimiliki dan dikendalikan oleh para pekerjanya. Dengan demikian, aspirasi mitra ojol dapat disuarakan dan diakomodasi secara lebih proporsional.