wmhg.org – Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa MUI Nomor 14/Ijtima Ulama/VIII/2024 tentang Prioritas Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk menjawab kebutuhan konsumen Muslim akan panduan yang jelas mengenai kriteria dan indikator produk yang layak didukung di tengah gencarnya seruan boikot.
MUI menyampaikan 10 kriteria produk nasional yang perlu didukung, yaitu kepemilikan nasional, sumber bahan baku dalam negeri, rantai pasokan dalam negeri, inovasi dan teknologi nasional, kebijakan ramah lingkungan, dukungan terhadap komunitas dalam negeri, kualitas dan keamanan, pemberdayaan tenaga kerja nasional, transparansi dan etika bisnis, dan keberagaman dan inklusivitas.
MUI mengharapkan dengan kriteria tersebut masyarakat dapat menentukan mana produk dalam negeri yang patut didukung.
Terkait dengan eskalasi serangan Israel-Palestina, masyarakat Indonesia masih menyerukan boikot terhadap merek atau perusahaan yang dianggap terafiliasi dengan Israel.
Namun, apakah anggapan sejumlah perusahaan tersebut layak untuk diboikot sudah tepat? Cek faktanya di sini.
KFC Indonesia
Merek waralaba KFC merupakan salah satu yang masuk daftar boikot di Indonesia. Di tanah air, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) merupakan pemegang waralaba KFC.
Melansir website Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas saham PT Fast Food Indonesia Tbk. dimiliki oleh PT Gelael Pratama sebanyak 40% dan PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk sebanyak 35.84%. Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan Indonesia.
Jajaran kepimpinan PT Fast Food Indonesia Tbk juga sepenuhnya dipegang oleh warga negara Indonesia, dengan Ricardo Gelael sebagai Direktur Utama dan Ferry Noviar Yosaputra sebagai Wakil Direktur Utama.
Namun demikian, gerakan boikot yang salah sasaran yang berimbas pada kinerja perusahaan masih terus berlanjut. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2024 FAST menunjukkan rugi periode berjalan perusahaan membengkak drastis menjadi Rp 349 miliar, melonjak 6.168,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain dampak Pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih, aksi boikot diduga turut memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
McDonald’s Indonesia
PT Rekso Nasional Food, sebagai pemegang waralaba McDonald’s di Indonesia, telah menyatakan bahwa mereka merupakan entitas yang beroperasi secara independen, yang sepenuhnya dimiliki oleh pengusaha asli Indonesia dan mempekerjakan belasan ribu tenaga kerja lokal.
Dilansir dari website perusahaan, PT Rekso Nasional Food juga memiliki berbagai komitmen untuk tanah air, termasuk komitmen keberlanjutan, penggunaan bahan baku lokal dan inklusivitas.
Terkait penggunaan bahan baku lokal, saat ini, secara keseluruhan, 75 persen bahan baku yang digunakan oleh McDonald\’s Indonesia berasal dari pemasok lokal.
Berkaitan dengan inklusivitas, PT Rekso Nasional Food juga mempekerjakan karyawan disabilitas tuli di banyak restoran McDonald’s Indonesia.
Pizza Hut
Banyak masyarakat Indonesia yang saat ini masih gencar melakukan boikot terhadap Pizza Hut Indonesia. Padahal, Pizza Hut Indonesia berada di bawah naungan PT Sarimelati Kencana Tbk, yang merupakan perusahaan Indonesia.
Melansir website resmi PT Sarimelati Kencana Tbk, saham mayoritas perusahaan, sebanyak 64,79 persen, dimiliki oleh PT Sriboga Raturaya.
Dalam website resmi pizzahut.co.id, mereka menyampaikan bahwa Pizza Hut telah berada di Indonesia selama 40 tahun, dan saat ini mempekerjakan lebih dari 13.000 karyawan di lebih dari 600 outlet dari Sabang sampai Merauke.
Selain itu, jajaran Direksi dan Komisaris Pizza Hut juga warga negara Indonesia. Saat ini, jajaran manajemen perusahaan PT Sarimelati Kencana juga diduduki oleh WNI dengan Hadian Iswara sebagai Direktur Utama dan Boy Lukito Direktur Operasional.
Dari segi rantai pasok, Pizza Hut Indonesia menyampaikan bahwa mereka telah membina sekitar 100 Kelompok Petani UMKM dengan tidak kurang dari 600 Rumah Kaca yang menyuplai 60 persen kebutuhan Paprika & Tomat untuk menu-menu yang ditawarkan. Pizza Hut Indonesia juga memiliki komitmen untuk terus berekspansi sampai 100 persen kebutuhan terpenuhi dari Petani UMKM Lokal Indonesia.
Rose All Day
Tidak hanya restoran cepat saji, beberapa merek kecantikan juga sempat menjadi sasaran boikot masyarakat, salah satunya adalah Rose All Day.
Pada Oktober 2023, pengguna internet sempat menyerukan gerakan boikot merek tersebut dikarenakan cofounder Rose All Day Tiffany Danielle, dianggap mendukung Israel karena didapati menyukai postingan I stand with Israel milik artis Gal Gadot.
Tiffany Danielle juga telah menyampaikan permintaan maafnya di media sosial. Rose All Day juga menunjukkan bukti dukungan mereka untuk Palestina melalui donasi kemanusiaan senilai Rp500 juta yang disalurkan lewat Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Rose All Day sendiri merupakan merek yang lahir dan besar di Indonesia. Tiffany Danielle mendirikan Rose All Day bersama dua warga negara Indonesia lainnya, Cindy Gunawan dan Samantha Wijaya pada 2017.
Scarlett
Selain Rose All Day, brand kecantikan lokal Scarlett juga sempat panas mendapatkan seruan boikot dari netizen. Hal ini bermula dari pemilik Scarlett yang juga seorang selebriti, Felicya Angelista, mengunggah sebuah video berisi opini mengenai peristiwa yang terjadi di Palestina. Namun, konten video tersebut mendapatkan kritikan pedas dari netizen, karena dianggap mendukung Israel.
Pemilik Scarlett pun kemudian menyampaikan permohonan maaf setelah video dirinya menimbulkan kontroversi di media sosial. Ia juga mengungkapkan solidaritas kepada rakyat Palestina dan menegaskan bahwa posisinya bersamaan dengan sikap resmi pemerintah Indonesia.