wmhg.org – Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) fasilitasi penyandang disabilitas menguasai produk kopi khas Aceh. Materi itu turut disampaikan dalam pelatihan pramusaji (waiter-waitress) bersama teman-teman tuli.
“Mulai dari awal tadi siang, kegiatannya kita memperkenalkan kopi terutama kopi gayo,” kata Ken Munthe, seorang ahli kopi sekaligus instruktur pelatihan, ditulis Jumat (2/8/2024).
Talent class yang digelar AMANAH bersama Balai Pelatihan Vokasi Produktivitas (BPVP) Banda Aceh itu sudah berlangsung sejak Senin (29/7/2024) lalu. Sebanyak 20 peserta konsisten mengikuti kegiatan hingga rangkaian hari ketiga.
Pada hari pertama, para peserta terlebih dulu diajarkan persiapan membuka cafe atau restoran. Kemudian, ditunjukkan cara menjemput dan mengantar pengunjung hingga menyiapkan alat makan dan mengantar pesanan ke meja pembeli.
Untuk hari kedua, para peserta mendapatkan pengetahuan tentang cara melayani pengunjung sesuai standar operasional prosedur (SOP). Mulai dari SOP kebersihan, pemberian tagihan sampai dengan penanganan komplain dari pengunjung.
Tak hanya itu, mereka juga dinilai perlu mengetahui produk olahan kopi agar menjadi waiter-waitress yang lebih baik. Pengetahuan tersebut berguna untuk disampaikan kepada pengunjung cafe atau restoran tempat mereka bekerja nanti.
“Tadi, aku menjelaskan ke teman-teman tuli itu mulai dari proses penanaman, siapa petaninya, bagaimana kerja petaninya terus lanjut ke tahap pasca panen. Bagaimana proses pasca panennya dan lanjut ke cara penyajiannya,” tutur Ken.
Setelah diterangkan semua hal yang berkaitan dengan kopi, ia pun mengajarkan cara menyeduh kopi menggunakan teknik manual brew. Menurutnya, para peserta langsung menguasai materi tersebut meskipun baru pertama kali mencobanya.
Bahkan, Ken tak menyangka ada peserta yang sudah bisa membuat seduhan kopi dengan hasil yang sangat baik. Oleh karena itu, mereka juga tidak hanya punya kemampuan menjadi pramusaji tapi juga berpotensi sebagai barista.
“(Kopi) hasil mereka seduh kalau menurut aku pribadi enak-enak, semuanya enak. Kalau (dinilai dari) 1-10, di angka 9,5 lah. Mereka punya potensi di dunia kerja batista, terutama di manual brew,” tuturnya.
Kegiatan yang diinisiasi AMANAH dinilai sangat positif untuk mengembangkan sumber daya manusia, khususnya generasi muda di Aceh. Apalagi, sasaran dari program tersebut juga mencakup warga disabilitas agar mendapatkan hak yang sama seperti warga negara lainnya.
“Kalau menurut aku pribadi, ini sangat bagus karena setahuku untuk di Aceh belum ada yang melakukan pelatihan seperti ini. Dan, ini juga jadi pengalaman pertama aku mementori teman-teman tuli,” kata Ken.
Lebih lanjut, ia mengaku sangat senang bisa menjadi bagian dalam kegiatan talent class yang diadakan AMANAH. Ia pun berharap ilmu yang disampaikan bisa dipahami dan bermanfaat bagi para peserta saat bekerja sebagai waiter-waitress nanti.
“Aku merasa senang karena ini luar biasa. Dan, teman-teman kita yang tuli bisa mendapat pekerjaan dengan baik,” tuturnya.