wmhg.org – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan laporan keuangan mereka sepanjang enam bulan pertama tahun 2024 ini, hasilnya laba bersih tercatat anjlok 82 persen.
Penurunan laba bersih ini terjadi usai saham Vale dikuasai oleh BUMN Holding Industri Pertambangan Mining Industry Indonesia atau MIND ID beberapa waktu lalu.
Mengutip laporan keuangan INCO pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (30/7/2024) tercatat laba bersih mencapai USD37,286 juta pada semester I 2024, atau anjlok 82,1 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai USD207,8 juta.
Dampaknya, laba per saham dasar merosot ke level USD0,0036 per lembar pada akhir Juni 2024. Sedangkan akhir Juni 2023 berada di level USD0,0209 per helai.
Presiden Direktur INCO, Febriany Eddy melaporkan pendapatan setara USD478,75 juta pada semester I 2024. Hasil itu turun 27,3 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai USD658,96 juta.
Pemicunya, penjualan nikel ke Vale Canada Limited amblas 27,3 persen secara tahunan tersisa USD383 juta pada akhir Juni 2024. Senasib, penjualan hasil tambang serupa ke Sumitomo Metal Mining ambrol 27,4 persen secara tahunan sisa USD95,743 juta.
Padahal perseroan melaporkan bahwa produksi pada semeter 1 2024 lebih tinggi tiga persen secara tahunan menjadi 34,774 nikel dalam matte.
“Kami optimis dengan prospek produksi kami dan berharap operasi kami berjalan lancar hingga akhir tahun. Tujuan kami adalah mencapai target produksi sekitar 70.800 metrik ton (“t”) nikel dalam matte pada tahun 2024, meningkat dari target tahun lalu,”papar Eddy.
Walau beban pokok pendapatan telah dipangkas 4,7 persen secara tahunan menjadi USD417,16 juta pada akhir Juni 2024. Tapi laba kotor tetap melorot 72,2 persen secara tahunan menjadi USD61,5 juta.
Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan semester I 2024 tanpa audit INCO yang diunggah pada laman BEI, Senin 29 Juli 2024.
Sementara itu, jumlah kewajiban bertambah 1,3 persen dibanding akhir tahun 2023 menjadi USD366,89 juta pada akhir Juni 2024. Pada sisi lain, total ekuitas meningkat 5,2 persen dibanding akhir tahun 2023 menjadi USD2,699 miliar pada akhir semester I 2024.
Eddy menegaskan, akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan pada semester II 2024.
“Dengan perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, kami melihat banyak ruang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif bagi perusahaan, seperti integrasi upaya pengadaan dalam grup untuk harga komoditas yang lebih baik dimana hal ini merupakan salah satu penggerak biaya terbesar kami.”pungkas dia.