Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku telah mempersiapkan Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis. Menyusul masa jabatannya yang akan berakhir pada Oktober 2024.
Bahlil mengatakan, waktunya tidak lama lagi menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM. Lantaran, pada penghujung Oktober 2024, Presiden Terpilih Prabowo Subianto akan dilantik, sebagai awal mula pemerintahan baru. Meski begitu, dia tak memberikan bocoran apakah tetap berada di dalam kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka atau menyelesaikan masa tugasnya.
Saya sebentar lagi akan berakhir, karena 20 Oktober adalah pelantikan Presiden baru. Nasib kita seperti apa, wallahu a\’lam bishawab, hanya Allah SWT dan yang punya kewenangan yang tahu, ungkap Bahlil dalam Hilirisasi Industri Menuju Indonesia Emas 2045, di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Kendati demikian, dia mengaku telah mempersiapkan peta jalan hilirisasi dan investasi untuk dilanjutkan di pemerintahan berikutnya. Ini menyangkut sejumlah komoditas yang bisa digenjot lewar hilirisasi hingga 2035 mendatang.
Hari ini di Kementerian Investasi sudah membuat peta jalan hilirisasi sampai tahun 2035, ini mesin pertumbuhan dari berbagai komoditas, tegasnya.
Dalam peta jalan yang disusunnya ini, menyimpan potensi investasi sebesar USD 618 miliar hingga 2040. Adapun komoditas yang jadi sasarannya tak sebatas dari mineral dan batu bara serta minyak dan gas bumi (migas).
Namun, diperluas ke sektor perkebunan, kelautan, perikanan, sampai kehutanan. Termasuk di dalamnya hilirisasi rumput laut, udang, kakao, kelapa, hingga getah pinus.
Bahlil kembali menegaskan, jika Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis ini dijalankan, maka akan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5-2 persen setiap tahunnya. Artinya, target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen bisa tercapai.
Kalau ini mampu kita lakukan, maka ini mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi minimal 1,5-2 persen dan ini akan melakukan transformasi ekonomi Indonesia dari konsumsi ke investasi dan ekspor impor. Ini akan memperkuat pendapatan perkapita Indonesia, jelas Bahlil Lahadalia.