wmhg.org – JAKARTA. Industri pendingin ruangan atawa air conditioner (AC) di Indonesia menunjukkan dinamika yang semakin kompetitif menjelang akhir tahun 2024. Dengan berbagai faktor, mulai dari cuaca yang panas hingga kemunculan pemain baru, persaingan pasar AC semakin ketat.
Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo mengatakan, penjualan AC diperkirakan tumbuh sebesar 30% di tahun ini. Hal tersebut terjadi karena cuaca panas yang berlangsung lama dan lebih panas dibanding tahun sebelumnya.
Namun, persaingan pasar AC tidak hanya dipengaruhi oleh faktor cuaca. Menurut Wibowo, para pemain AC yang beroperasi di pasar Indonesia sangat beragam, mulai dari merek-merek lama seperti Daikin dan Panasonic, hingga merek asal China yang menawarkan harga lebih terjangkau.
Masing-masing merek memiliki kekuatan dan kesempatan yang sama untuk merajai pasar, ujar Tekno kepada KONTAN, Senin (9/12).
Polytron sebagai salah satu pemain domestik, berusaha menemukan keseimbangan antara kualitas, harga, pengiriman, dan layanan, agar produk mereka diterima dengan baik oleh konsumen.
Wibowo menambahkan, meskipun ada persaingan harga, standar efisiensi energi AC di Indonesia sudah disosialisasikan dengan baik, sehingga tidak menjadi kendala bagi para produsen.
Di sisi lain, Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager Sharp Electronics Indonesia, mengungkapkan bahwa persaingan semakin kompetitif, terutama dengan munculnya banyak pemain baru, terutama merek-merek asal China.
Pasar AC masih memiliki potensi untuk tumbuh dibandingkan tahun lalu. Banyak pemain baru yang fokus pada bisnis ini, terutama merek-merek dari China yang menawarkan harga lebih kompetitif, jelas Andry kepada KONTAN.
Untuk merespons tekanan harga, Sharp berfokus pada inovasi produk, salah satunya dengan memperkenalkan AC inverter dan fitur-fitur khusus yang semakin diminati konsumen.
Selain itu, Sharp juga berupaya mengikuti regulasi yang berlaku di Indonesia, seperti efisiensi energi, Standar Nasional Indonesia (SNI), dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Andry menegaskan bahwa Sharp selama ini mampu memenuhi standar tersebut, dan berusaha mengikuti segmen pasar yang ada di setiap kategori produk untuk mengikuti perubahan permintaan.
Kami selalu fokus untuk memastikan produk kami sampai dan terjual ke konsumen dengan baik, tambahnya.
Meski persaingan semakin ketat, baik Polytron maupun Sharp tetap optimistis dengan target pertumbuhan penjualan AC.
Untuk Sharp, target market share tetap dipatok di angka 3% hingga 4% hingga akhir tahun 2024.
Secara keseluruhan, persaingan pasar AC di Indonesia akan semakin menarik dengan beragam pemain yang berlomba-lomba menawarkan fitur inovatif, harga kompetitif, dan efisiensi energi. Konsumen akan semakin diuntungkan dengan pilihan yang beragam, sementara para produsen terus beradaptasi untuk meraih pasar yang semakin dinamis.