wmhg.org – JAKARTA. Knight Frank Indonesia menyebutkan bahwa sektor industri dan logistik menjadi salah satu subsektor properti yang dinilai memiliki risiko minim dan potensi pertumbuhan yang tinggi.
Sektor industri dan logistik dinilai masih menjadi pilihan investor di berbagai kota di Asia Pasifik, termasuk Asia Tenggara.
Willson Kalip Country Head dari Knight Frank Indonesia mengatakan, saat ini, di kawasan Greater Jakarta dan Subang, menjadi submarket paling potensial, dengan sektor auto-related sebagai prime mover, terutama yang terkait dengan pengembangan produksi EV (electric vehicle) dan berbagai industri turunannya.
Sementara itu, sektor data center yang sejak tahun 2021 terdeteksi aktif menyerap lahan industri di Greater Jakarta, di akhir tahun 2024 tidak lagi menjadi occupier utama, dengan total serapan lahan yang tidak setinggi 2 tahun sebelumnya, paparnya, Jumat (7/4).
Ia melanjutkan, performa subsektor industri terhitung mencatatkan yang terbaik sejak pandemi melanda, sehingga tidak mengherankan jika beberapa kawasan industri di Jabodetabek berencana membuka tambahan pasokan lahan untuk memenuhi permintaan para pengusaha atau pengembang kawasan industri. Hal ini termasuk di wilayah Subang yang juga memiliki rencana yang sama.
Pada semester II 2024 lalu total stok kawasan industri di Greater Jakarta dan sekitarnya bertambah, saat ini tercatat berkisar sebanyak 15.729 hektare.
Adapun total serapan lahan di semester ini berkisar 77 hektare dengan kawasan Subang, Bekasi dan Karawang, masih menjadi submarket yang potensial saat ini,
Mengenai harga sewa kawasan industri, Knight Frank Indonesia mencatat masih stabil, dan cenderung mulai meningkat terutama di beberapa kawasan yang memiliki daya kompetisi yang relatif lebih tinggi, seperti di koridor timur Jakarta.
Knight Frank juga mencatat bahwa tahun 2024 menjadi performa terbaik dalam 5 tahun terakhir, melalui catatan permintaan lahan berkisar 312 ha dengan sektor industri auto-related menjadi occupier yang paling aktif di akhir tahun 2024.
“Serapan lahan kawasan industri di tahun 2024 menunjukkan performa tertinggi sejak pandemi. Memang tidak dapat dipungkiri, gelombang masuknya manufaktur dari wilayah regional Asia, seperti Tiongkok, Vietnam, dan Korea Selatan memberikan dampak positif terhadap performa Kawasan Industri dalam negeri, urainya.
Lebih lanjut, Perang Dagang AS-Tiongkok juga telah membawa relokasi pabrik ke wilayah Jawa Tengah. Di tengah kondisi tersebut, saat ini Pemerintah dan pengembang kawasan industri perlu menangkap peluang ini sebagai kesempatan emas.
Hal ini mengingat sektor manufaktur akan menjadi katalis dalam menjaga performa sektor industri di Greater Jakarta dan nasional, pungkasnya.