wmhg.org – JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menargetkan peningkatan laba dan pendapatan hingga akhir tahun ini.
VP Head of Investor Relations SSIA Erlin Budiman mengungkapkan hingga akhir tahun ini Surya Semesta menargetkan pendapatan senilai Rp 5,6 triliun dengan net profit atau laba bersih konsolidasi senilai Rp 500 miliar.
Ekspektasi ini salah satunya karena keberhasilan pemilu Indonesia pada tahun 2024. Pendapatan konsolidasi hingga akhir tahun ditargetkan hingga Rp 5,6 triliun atau naik 3% dari pendapatan di tahun 2023 yang senilai Rp 4,54 triliun, ungkap Erlin dalam acara paparan publik yang diselenggarakan secara daring, Kamis (29/8).
Sedangkan net profit atau laba bersih konsolidasi yang sebagian besar datang dari penjualan lahan industri ditargetkan meningkat sebesar hampir 3 kali lipat atau 183% menjadi Rp 500 miliar dari laba tahun 2023 lalu yang senilai Rp 177 miliar.
Jika melihat laporan keuangan SSIA, hingga lewat semester pertama tahun ini, Surya Semesta berhasil mencatatkan pendapatan senilai Rp 2,34 triliun. Pendapatan SSIA tumbuh 27,5% dibandingkan dengan pendapatan periode sama tahun lalu senilai Rp 1,84 triliun.
Pendapatan ini disokong oleh peningkatan pendapatan dari tiga segmen usaha utama SSIA. Segmen properti naik 11% dari Rp 255 miliar di sepanjang semester I 2023 menjadi Rp 282 miliar di sepanjang semester I tahun 2024.
Pendapatan segmen usaha perhotelan juga naik 28% dari Rp 397 miliar di paruh pertama tahun 2023 menjadi Rp 509 miliar di paruh pertama tahun ini.
Kemudian pendapatan dari segmen usaha konstruksi naik 29%, dari Rp 1,24 triliun sepanjang semester I 2023 menjadi Rp 1,60 triliun di sepanjang semester I 2024.
Surya Semesta mencatat laba bersih konsolidasi Rp 105,6 miliar pada semester I 2024. Padahal pada semester I-2023, SSIA mengalami rugi bersih sebesar Rp 51,2 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh transfer saham SSIA dan saham baru SCS kepada PT Puri Bumi Lestari dengan total Rp 3,1 triliun.
SSIA akan terus meningkatkan pendapatan berulang melalui unit usaha perhotelan yang disediakan oleh Subang Smartpolitan. Kemudian sekitar 3-5 tahun mendatang recurring income (pendapatan berulang) SSIA akan berada di angka hingga 50% dari total pendapatan usaha. Kami sangat optimistis tiga bisnis utama akan sangat baik pada 2024 dan selanjutnya, khususnya pada penjualan lahan industri yang menunjukkan siklus naik, tambah Erlin.
Johannes menambahkan, SSIA melalui Subang Smartpolitan akan membuat dan menciptakan kota baru yang berdiri di atas landasan green map dan sustainable city.
Size Subang, itu double dari yang di Karawang. Oleh karena itu kalau dilihat dari hal-hal tersebut, maka akan perlu menanamkan modal yang lebih besar, terutama untuk pembangunan kota tersebut, katanya.
Untuk tahun ini dan tahun depan, dia menjabarkan setidaknya SSIA membutuhkan anggaran belanja atau capex senilai Rp 1,8 triliun untuk pengembangan fase satu dan sebagian fase 2.
Tahun ini saja dan tahun depan, kami mengembangkan fase 1 dan sebagian fase dua itu membutuhkan capital sebesar Rp 1,8 triliun, ungkap Johannes.
SSIA menargetkan Subang Metropolitan menjadi kota tercanggih di Indonesia, nomor dua dari IKN dan di Asia Pasifik.