wmhg.org – HSBC Indonesia menyalurkan social loan sebesar Rp 300 miliar (sekitar US$18,5 juta) untuk perusahaan fintech Indonesia AwanTunai, guna mendukung program AwanTunai meningkatkan ekosistem UMKM.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari ASEAN Growth Fund, pendanaan unik dan inovatif dari HSBC yang diluncurkan pada Maret lalu untuk mengakselerasi ekspansi perusahaan digital di kawasan ASEAN yang bertumbuh pesat. Transaksi ini juga merupakan penyaluran social loan pertama dari HSBC Indonesia pada sektor fintech.
“Kami bangga dapat mendukung Awan Tunai melalui pemberian social loan sebesar Rp 300 miliar untuk membantu AwanTunai memperluas akses terhadap pembiayaan bagi sektor UMKM. Hal ini sejalan dengan ambisi kami untuk turut berkontribusi mendukung pertumbuhan yang lebih inklusif dan kemajuan sosial-ekonomi di Indonesia,” kata Riko Tasmaya, Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia ditulis Jumat (2/8/2024).
Dengan mendukung UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian negara, kemitraan dengan AwanTunai diharapkan kian memacu kewirausahaan lokal dan penciptaan lapangan kerja, serta berkontribusi pada visi Pemerintah untuk menciptakan lanskap ekonomi yang lebih tangguh.
Sebagai perusahaan rintisan, AwanTunai memiliki fokus dalam melayani pemberian pinjaman kepada pelanggan di segmen rantai pasok produk konsumen (Fast Moving Consumer Goods – FMCG) dan bahan pokok yang didalamnya terdiri atas tipe pelanggan Warung, Grosir dan Distributor.
Kami saat ini telah mencapai US$1,2 miliar dalam pencairan pinjaman tahunan, dan kami berharap mencapai US$2 miliar pada akhir tahun ini. Fasilitas pinjaman ini akan mempercepat rencana pertumbuhan kami, kata Chief Financial Officer AwanTunai, Shilpa Gautam.
Dia menjelaskan bahwa dana ini akan digunakan untuk memperluas operasi AwanTunai ke Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini, perusahaan memiliki pelanggan di Jawa, Sumatera, dan Bali.
Rama Notowidigdo, salah satu pendiri AwanTunai, mengakui bahwa beberapa perusahaan teknologi sedang mencoba masuk ke segmen bisnis pemberian pinjaman kepada pelanggan yang sama dengan AwanTunai namun banyak yang mengalami kegagalan, tambahnya. Cara pandang yang salah terhadap ekosistem bisnis tersebut adalah penyebab utamanya.
Semua berpikir ini adalah segmen yang sederhana, dan itu adalah jebakan paling umum. Ketika kami membangun perusahaan pemberi pembiayaan di segmen ini, maka permainannya benar-benar berbeda, katanya.
Rama juga mencatat bahwa investor teknologi masih memiliki cukup dana untuk disalurkan ke perusahaan rintisan meskipun sedang terjadi tech winter. Bahkan, AwanTunai telah mengumpulkan US$27,5 juta dalam putaran pendanaan seri B antara lain dari Dana Investasi Pemerintah Norwegia, Norfund dan perusahaan investasi Finlandia, FinnFund, pada bulan Maret 2024.
Tech winter hanya terjadi pada perusahaan yang tidak memiliki bisnis yang memberikan dampak nyata, katanya.