wmhg.org – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) Irfan Setiaputra telah mengeluarkan maskapai pelat merah dari jurang kebangkrutan. Hal ini dilakukan melalui strategi-strategi yang dijalankan oleh Irfan.
Pada tahun 2020, Garuda membukukan rugi bersih sebesar USD 2,44 miliar. Kemudian, rugi itu membengkak jadi USD 4,15 miliar pada 2021. Kinerja perusahaan yang memburuk ini tak lepas karena pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan orang.
Namun, di tahun 2022 kinerja Garuda Indonesia berbalik positif dengan membukukan laba bersih USD 3,73 miliar. Lalu, pada tahun 2023 mencatatkan laba bersih USD 250,04 miliar.
Capaian kinerja finansial ini turut ditopang oleh capaian kinerja operasi yang solid yakni dengan diperolehnya predikat maskapai penerbangan paling tepat waktu di dunia dari tahun 2020-2023 lalu, ujar Irfan seperti yang dikutip Kamis (17/10/2024).
Atas strategi ini, Irfan menerima penghargaan sebagai Tokoh Transformatif Industri Penerbangan Nasional dari detikcom Awards 2024 di The Westin Jakarta.
Penghargaan tersebut merupakan rekognisi atas capaian kepemimpinan Irfan Setiaputra dalam kepiawaiannya menyusun strategi upaya transformasi Garuda Indonesia untuk perbaikan dan penyegaran kinerja dari aspek keuangan hingga tata kelola Perusahaan melalui restrukturasi kinerja yang disebut sebut terbesar dan terkompleks yang pernah dilakukan sepanjang sejarah korporasi nasional.
Adapun proses penilaian penghargaan tersebut dilakukan melalui sejumlah pendekatan mulai dari metode analisis kuantitatif, kualitatif, proses Focus Group Discussion (FGD), dan survey yang dilakukan kepada 1000 responden yakni pembaca detikcom.
Di sisi lain, Garuda Indonesia juga turut memperkuat kepercayaan publik dengan meraih penghargaan enjadi satu-satunya korporasi di bidang transportasi udara asal Indonesia yang meraih predikat “Perusahaan Paling Tepercaya di Dunia” versi Newsweek, media terkemuka di Amerika Serikat.
Di bawah kepemimpinan Irfan, Garuda Indonesia terus berupaya menerapkan prinsip tata kelola yang baik/good corporate governance (GCG). Langkah ini diimplementasikan melalui pemutakhiran pedoman etika bisnis dan etika kerja, program pengendalian gratifikasi, sistem manajemen anti penyuapan, hingga pengukuran atas penerapan tata kelola yang baik.
Yang teranyar, Perusahaan ini meraih penilaian sangat baik atas kinerja akuntabilitas Perusahaan dari BPKP.
Melalui kepemimpinannya, Garuda Indonesia turut melakukan sejumlah terobosan baru di bidang sustainability diantaranya menjadi maskapai pertama di Indonesia yang mendorong penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) melalui uji coba penggunaan bahan bakar bioavtur J2.4 yang berbasis minyak inti kelapa sawit pada penerbangan komersialnya.
Di sisi lain, Garuda Indonesia juga menguatkan komitmennya di bidang sustainability dengan menjadi maskapai Indonesia pertama yang menjajaki transaksi sertifikat penurunan emisi di bursa karbon IDX. Lebih lanjut, Irfan juga menjadi salah satu pegiat utama dalam aktivitas promosional produk dalam negeri, melalui pengembangan ekosistem promosional di industri penerbangan, khususnya di Garuda Indonesia.