wmhg.org – JAKARTA. Harga kakao atau bijih cokelat di bursa New York, berakhir lebih rendah pada perdagangan Selasa (31/12), tetapi tetap menjadi komoditas dengan kinerja terbaik tahun 2024. Lompatan harga ini didorong oleh buruknya panen di Afrika, wilayah yang menyumbang sekitar 70% produksi kakao global.
Harga Kakao di pasar berjangka New York di ICE turun 0,5% menjadi US$ 11.445 per ton pada pukul 15.24 GMT. Meski melemah, harga kakao tetap mencatatkan kenaikan tahunan sebesar 173%, setelah sebelumnya menyentuh rekor US$ 12.931 per ton pada 18 Desember. Pada 2023, harga kakao sudah naik sebesar 61%.
Lonjakan Harga kakao ini lantaran produsen terbesar di Afrika tengah mengalami krisis poduksi.
Tahun 2024 menjadi momentum emas bagi kakao, tetapi tantangan perubahan iklim dan dinamika pasokan global terus menjadi sorotan bagi semua komoditas.
Sebelumnya kantor berita Bloomberg menobatkan biji cokelat atau kakao sebagai komoditas dengan performa terbaik tahun 2024, mengalahkan mata uang kripto Bitcoin, salah satu aset yang paling banyak disorot tahun ini.
Harga bahan utama cokelat ini hampir tiga kali lipat dibanding awal tahun, menyusul gangguan produksi besar-besaran di Afrika Barat, wilayah penghasil kakao terbesar dunia.
Menurut data perdagangan, harga kakao yang awalnya sekitar US$ 4.000 per ton pada Januari, melonjak hingga mencapai puncak US$ 12.700 per ton pada pertengahan Desember.
Sementara itu, Bitcoin, meski berhasil menembus batas USD 100.000 di Desember, hanya mencatat kenaikan sekitar 128%, dari US$ 41.000 menjadi US$ 106.500 per koin, menurut MarketWatch.
Baca Juga: Permintaan Naik Saat Nataru, Inflasi Desember 2024 Diprediksi Meningkat
Produksi Kakao Terpukul Cuaca Ekstrem
Faktor utama lonjakan harga kakao adalah buruknya hasil panen akibat cuaca ekstrem dan kekurangan pupuk. Afrika Barat, terutama Pantai Gading dan Ghana yang menjadi produsen kakao terbesar dunia, mengalami kekeringan parah dengan suhu di atas 40°C yang memecahkan rekor.
Selain itu, krisis kesehatan tanah menjadi tantangan besar, dengan dua pertiga lahan di wilayah tersebut mengalami degradasi. Tingkat penggunaan pupuk di kawasan ini juga tertinggal jauh dari rata-rata global, menurut Institut Pertanian Tropis Internasional (IITA).
Kekurangan pupuk diperburuk oleh gangguan pasokan akibat konflik Rusia-Ukraina yang dimulai pada 2022. Banyak negara Afrika bergantung pada impor pupuk dari Rusia, Belarus, dan Ukraina, sehingga eskalasi konflik menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga.
Baca Juga: Aset Kripto Paling Mendatangkan Cuan Besar di Tahun 2024
Prospek 2025
Menurut Trading Economics, tantangan pasokan yang terus berlanjut akibat perubahan iklim dan kekurangan pupuk diperkirakan akan menjaga harga kakao tetap tinggi pada 2025.
Di sisi lain, meski Bitcoin telah mencetak rekor baru, performanya tetap “tidak sebanding” dengan lonjakan spektakuler harga kakao, menurut analis. Tahun 2024 menjadi bukti bahwa bahkan dalam era digital, komoditas tradisional seperti kakao masih dapat mendominasi pasar.