wmhg.org – JAKARTA. Sejumlah emiten akan terlibat langsung dalam program 3 juta rumah. Kehadiran program itu diprediksi bisa memberikan berkah terhadap kinerja mereka di tahun 2025.
Misalnya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang tengah menyiapkan lahan seluas 26 hektare (ha) untuk mendukung program pembangunan 1 juta rumah. Ini merupakan bagian dari proyek pembangunan 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo mengatakan, lahan yang siap digunakan itu berada di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Pekanbaru.
“PTPP optimistis dapat menjadi salah satu penggerak dalam realisasi program 1 juta rumah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (10/1) lalu.
Dari sektor swasta, ada PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (GRIA) yang juga terlibat dalam program 3 juta rumah. Emiten properti ini memang memiliki fokus bisnis produk hunian subsidi.
Direktur Utama GRIA, H.K. Hakim Noor mengatakan, perseroan mengapresiasi insentif pemerintah yang mendukung industri perumahan.
Misalnya, target 3 juta rumah baru tiap tahun, peningkatan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mencapai 320.000 unit rumah yang setara dengan anggaran pemerintah sebesar Rp 28,2 triliun, serta insentif fiskal berupa pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) yang berlaku di tahun ini.
“Ditambah lagi ada keringanan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki rumah dengan dihapuskannya Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) serta pembebasan biaya pembuatan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG),” ujarnya dalam Paparan Publik GRIA, Selasa (21/1).
Sepanjang tahun 2024, GRIA membangun sebanyak 956 unit rumah subsidi, naik 53,2% secara tahunan (YoY). Pembangunan 956 unit rumah tersebut tersebar di Kalimantan dan Jawa Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 58,8% dan 41,22% secara berurutan.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty menilai, selain emiten konstruksi, properti, dan perbankan, emiten semen juga akan terdampak positif dari program ini.
“Permintaan semen akan ikut meningkat, terutama di segmen semen curah,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (21/1).
Arinda pun menjelaskan secara rinci dampak program 3 juta rumah terhadap kinerja masing-masing sektor tersebut.
Pertama, emiten properti dan konstruksi. Program 3 juta rumah dinilai bakal memberikan kontribusi signifikan selama proyek berlangsung.
“Namun, dampaknya bisa bersifat sementara jika tidak ada diversifikasi proyek lain,” katanya.
Kedua, emiten perbankan, khususnya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). BBTN akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi, mengingat perseroan lebih fokus terhadap kredit perumahan dibanding perbankan BUMN lainnya.
“Namun, ada risiko kredit macet dari segmen menengah ke bawah,” ungkapnya.
Ketiga, emiten semen dan material. Untuk emiten sektor ini, dampaknya cenderung dalam jangka pendek saja. Namun, permintaan stabil dari proyek 3 juta rumah tetap dapat menopang pendapatan mereka.
Dari sejumlah emiten itu, Arinda melihat PTPP masih mencatatkan kinerja yang lebih baik. Per kuartal III 2024, pendapatan PTPP berhasil bertumbuh 14,54% secara tahunan alias year on year (YoY), dengan net profit sebesar 1,91% YoY.
“Kenaikan tipis itu akibat tingginya beban utang dan bunga. Harga saham PTPP relatif undervalued, dengan price to earning ratio (PER) di bawah rata-rata sektor konstruksi,” tuturnya.
Arinda pun merekomendasikan beli untuk PTPP dengan target harga Rp 570 per saham.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat, program pembangunan tiga juta rumah yang digagas oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bukan hanya membawa dampak positif bagi sektor properti dan konstruksi. Namun, juga membuka peluang besar bagi sektor perbankan dan manufaktur.
Program yang bertujuan untuk meningkatkan akses rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah tersebut juga berpotensi merangsang pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja serta peningkatan konsumsi.
Dengan penghapusan sejumlah pajak, seperti BPHTB dan PPN, serta skema pembiayaan yang fleksibel, sejumlah sektor di bursa saham Indonesia diperkirakan akan merasakan manfaat langsung.
”Emiten seperti PTPP dan BBTN menjadi salah satu yang paling diuntungkan. Untuk PTPP, emiten ini akan merasakan lonjakan permintaan proyek perumahan dan infrastruktur pendukung,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa (21/1).
Hendra melihat, BBTN, yang memiliki portofolio besar di segmen KPR, diperkirakan akan melihat lonjakan permintaan kredit rumah.
“BBTN akan mendapat keuntungan dari bunga kredit yang diperoleh dalam jangka panjang, serta peningkatan likuiditas yang mendorong pertumbuhan sektor perbankan,” ungkapnya.
Selain itu, dengan proyek 3 juta rumah, permintaan bahan bangunan, seperti semen dan baja, juga diperkirakan akan meningkat.
Kinerja keuangan PTPP dan BBTN juga dilihat Hendra menunjukkan prospek yang menjanjikan.
PTPP diperkirakan akan mengamankan kontrak baru bernilai miliaran dan memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan. Sedangkan, BBTN akan semakin memperkuat dominasi pasar kredit perumahan.
“Prospek keduanya sangat cerah, mengingat kebijakan pemerintah yang mendukung sektor ini,” paparnya.
Hendra pun merekomendasikan buy on weakness untuk PTPP dengan target harga Rp 408 per saham. Sementara, BBTN direkomendasikan speculative buy dengan target harga Rp 1.200 per saham.
“Program 3 juta rumah akan memberikan dampak positif yang tidak hanya sementara, tetapi berkelanjutan untuk kedua emiten itu. Asalkan, tidak ada perubahan kebijakan atau hambatan besar dalam pelaksanaan proyek,” ungkapnya.