wmhg.org – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan secara agresif hingga akhir tahun 2024.
Langkah ini dinilai akan berdampak signifikan terhadap stabilitas pasar, baik di Indonesia maupun secara global.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga tersebut bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi pengangguran yang meningkat dan inflasi yang mulai melandai.
Langkah ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya pengangguran dan inflasi yang mulai melandai, ujar Hendra kepada Kontan, Senin (1/9).
Menurut Hendra, suku bunga yang lebih rendah akan membuat biaya pinjaman menjadi lebih terjangkau, sehingga mendorong peningkatan konsumsi dan investasi.
Hal ini juga akan menciptakan likuiditas yang lebih tinggi di pasar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan arus modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun, peningkatan likuiditas ini harus diimbangi dengan perhatian terhadap risiko inflasi yang mungkin meningkat, serta volatilitas nilai tukar akibat perubahan arus modal, tambahnya.
Hendra juga mengungkapkan bahwa dampak pemangkasan suku bunga ini akan terlihat pada beberapa sektor ekonomi tertentu. Sektor perbankan, properti, dan ritel diprediksi akan merasakan dampaknya secara langsung.
Sektor perbankan diperkirakan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi, terutama bagi bank-bank yang memiliki portofolio pinjaman yang kuat dan manajemen risiko yang baik.
Selain itu, sektor properti juga menjanjikan, tergantung pada kebijakan moneter dan siklus ekonomi. Pengembang yang memiliki proyek unggulan akan lebih menonjol dalam kondisi ini.
Di sisi lain, sektor ritel akan sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen dan daya beli. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan tren pasar akan memiliki keunggulan kompetitif di tengah situasi ini.
Dengan demikian, pemangkasan suku bunga yang agresif ini memberikan peluang signifikan bagi sektor-sektor tersebut. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi dan kebijakan moneter untuk mengoptimalkan keputusan investasi mereka, jelas Hendra.
Hendra merekomendasikan sejumlah saham yang perlu dicermati, antara lain saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 7.500 per saham, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target harga Rp 1.340 per saham, dan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) dengan target harga Rp 1.200 per saham.