wmhg.org – JAKARTA. Harga emas Antam bersertifikat di Logam Mulia melejit ke rekor Rp 1.433.000 per gram pada Kamis (1/8). Pada hari Jumat (2/8), harga emas Antam turun tipis Rp 2.000 menjadi Rp 1.431.000 per gram, akibat penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Research and Development ICDX Jonathan Octavianus mengatakan, lonjakan harga emas Antam mengikuti kenaikan harga emas global. Kenaikan harga emas didorong oleh ekspektasi pasar yang menguat terhadap kemungkinan penurunan tingkat suku bunga bulan September dan Desember mendatang, setelah komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu (31/7).
Jumat (2/8) pukul 23.37 WIB, harga emas spot turun ke 0,53% ke US$ 2.431 per ons troi. Meski turun dalam sehari, harga emas spot masih menguat 1,84% dalam sepekan, menurut data Bloomberg.
Jonathan menuturkan, sentimen lainnya datang dari konflik geopolitik di Timur Tengah yang lebih luas setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran.
Oleh sebab itu, menurutnya, sangat wajar jika harga emas terutama emas Antam sedang melonjak. Pasalnya, banyak para investor yang juga beralih ke aset safe haven atau lindung nilai, salah satunya emas.
“Emas sudah sejak lama dikenal sebagai aset lindung nilai yang disukai oleh investor, guna menghindari risiko geopolitik dan ekonomi dengan suku bunga rendah,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Dengan begitu, dia memproyeksi bahwa harga emas global berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 2.486 per ons troi. Namun, apabila menemui katalis negatif, maka harga emas berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 2.441 per ons troi.
“Sedangkan untuk harga emas Antam di akhir tahun, saya lihat di bisa mencapai sekitar Rp 1.550.000 per gram-Rp 1.600.000 per gram,” imbuh dia.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan ANTAM Syarif Faisal Alkadrie melihat, dalam jangka panjang harga emas Antam secara konsisten masih akan menunjukkan kenaikan karena didukung oleh sifat lindung nilai yang dimiliki dan tingginya minat masyarakat dalam melakukan investasi emas.
Untuk itu, Syarif mengatakan bahwa ANTM meyakini emas Antam masih akan memiliki prospek yang positif. Hal ini juga tercermin dari peningkatan penjualan emas Antam pada kuartal II-2024 yang naik 25% atau sebesar 8,86 ton, dibandingkan capaian kuartal I-2024 yang hanya sebesar 7,11 ton.
“Untuk prospek ke depannya, saya lihat harga emas Antam bisa naik lagi ke level Rp 1.500.000 per gram,” tandasnya.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga emas Antam melonjak mengikuti harga emas dunia yang juga naik menjadi sekitar US$ 2.450 per ons troi pada perdagangan Jumat (2/8). Kenaikan harga emas ini juga didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah baru-baru ini, sehingga mendukung ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve.
Aktivitas manufaktur AS bulan Juli berkontraksi lebih dari yang diantisipasi. Data lapangan kerja mencapai level terendah sejak 2020. Selain itu, klaim pengangguran naik menjadi 249 ribu, tertinggi dalam hampir setahun. Tingkat pengangguran AS bulan Juli pun naik menjadi 4,3% dari bulan sebelumnya 4,1%.
Sutopo mengatakan harga emas melonjak juga didorong oleh investor yang saat ini banyak beralih ke aset safe haven seperti emas, akibat ketidakstabilan pertumbuhan, sehingga dikhawatirkan dapat membawa resesi global.
Sutopo bilang, meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah meningkatkan daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman.
“Saya proyeksi, harga emas dunia untuk jangka panjang akan berada di level US$ 2.500 per gram, sedangkan emas Antam akan berada di kisaran Rp 1.500.000 per gram,” kata Sutopo.
“Ditambah lagi dengan adanya konflik geo-politik di Timur Tengah dan pemilu AS, yang akan membuat emas terus diminati,” kata dia.
Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong menilai, harga emas dunia termasuk Antam melonjak karena dalam sepekan ini terdapat sinyal pemangkasan suku bunga oleh the Fed. Selain itu, ada pula pemangkasan suku bunga oleh Bank of England (BoE), situasi yang memanas di Timur Tengah, hingga data-data ekonomi yang lebih lemah dari AS dan China.
“Hal ini membuat sentimen risk off investor yang melepas aset berisiko beralih ke aset safe haven seperti dolar AS, emas dan obligasi pemerintah,” kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Lukman melihat, sentimen jangka panjang pada harga emas masih tetap pada permintaan bank-bank sentral yang diikuti oleh permintaan ritel dan institusi. Sedangkan untuk jangka pendek, walau perkembangan akhir-akhir ini mendukung harga emas dan diperkirakan akan kembali memecahkan rekor harga tertinggi.
“Namun, seperti sebelum-sebelumnya, koreksi masih akan terjadi oleh aksi profit taking,” kata dia.
Selain itu, Lukman mengungkapkan bahwa sebenarnya pada tahun ini, harga emas internasional diperkirakan hanya akan mencapai US$ 2.500 per ons troi, yang sudah hampir tercapai. Tetapi dengan perkembangan belakangan ini, terutama data-dara ekonomi AS dan China yang lemah, emas berpotensi mencapai target baru di posisi US$ 2.700 per ons troi.
“Emas senantiasa merupakan aset safe haven, walau naik terus, sebenarnya tidaklah besar dibandingkan aset berisiko,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, apabila harga emas naik hingga US$ 2.700 per ons troi, maka kenaikan tersebut tidak lebih dari 10% dari harga saat ini. Menurut dia, kenaikan sebesar 10% bukanlah tujuan utama investor. Tetapi mereka mengalihkan aset berisiko mereka yang dikhawatirkan merosot jauh lebih besar.
Dengan asumsi nilai tukar rupiah saat ini, Lukman memproyeksi bahwa harga emas Antam akan berkisar Rp 1.470.000 per gram di akhir tahun, apabila harga emas internasional berada di level US$ 2.500 per ons troi.
Selanjutnya, Lukman memperkirakan harga emas Antam akan berada di Rp 1.580.000 per gram, jika harga emas global di sekitar US$ 2.700 per ons troi.