wmhg.org – JAKARTA. Harga salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dalam tren naik hingga akhir Agustus 2024 ini. Di tengah tren kenaikan harga saham blue chip tersebut, investor ritel sebaiknya beli atau jual?
Harga saham ADRO pada perdagangan Rabu 28 Agustus 2024 ditutup di level 3.530, naik 10 poin atau 0,28% dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam perdagangan lima hari terakhir, harga saham ADRO terakumulasi meningkat 300 poin atau 9,29%.
Sementara itu, dalam sebulan terakhir harga saham ADRO telah meningkat sebesar 350 naik atau 11,01%. Sedangkan sejak awal tahun atau year to date, harga saham ADRO terakumulasi meningkat 1.040 poin atau 41,77%.
ADRO Chart by TradingView
Di tengah tren kenaikan harga tersebut, sejumlah analis rekomendasi beli saham ADRO. Secara fundamental, ADRO diprediksi mencatatkan kenaikan kinerja pada sisa tahun 2024 ini.
Sebelumnya, manajemen PT Adaro Energy Indonesia mengumumkan pendapatan usaha ADRO pada semester 1 2024 tergerus 14,40% secara tahunan atau year on year (YoY) dari US$ 3,47 miliar menjadi US$ 2,97 miliar. Sedangkan laba bersih ADRO menyusut 10,87% YoY dari US$ 873,83 juta menjadi US$ 778,77 juta hingga Juni 2024.
ADRO memproduksi batubara sebanyak 35,74 juta ton, dengan volume penjualan sebesar 34,94 juta ton pada semester I-2024. Masing-masing mencerminkan kenaikan sekitar 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pasar dalam negeri mendominasi penjualan ADRO dengan porsi 26%. Sedangkan pasar ekspor ditujukan ke Asia Timur Laut (24%), Asia Tenggara (18%), China (18%), India (11%) dan lainnya (3%). Meski secara volume menanjak, namun terjadi koreksi pada harga jual rata-rata sekitar 19%.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani melihat capaian laba bersih ADRO melampaui ekspektasi, sedangkan pendapatan sejalan dengan perkiraan. Hendriko mengamati margin laba kotor yang lebih tinggi seiring penurunan biaya royalti, biaya pemrosesan batubara serta hilangnya biaya mining service.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan emiten batubara masih memiliki ruang untuk memperbaiki kinerja. Dia menaksir indeks harga batubara global masih akan bergerak di kisaran US$ 135 per ton-US$ 150 per ton pada semester II-2024.
Oleh karena itu, emiten-emiten batubara kami kira punya potensi lebih baik pada semester kedua, terutama pada kuartal III-2024 ini, kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).
Baca Juga: Saham-Saham Big Cap Menyeret IHSG dari Level Tertinggi
Founder Stocknow.id Hendra Wardana sepakat, prospek emiten batubara masih menarik di tengah tantangan fluktuasi harga komoditas. Secara valuasi, Hendra menilai ADRO masih relatif murah dengan fundamental yang kuat, meski mengalami penurunan laba.
Meski tantangan makro ekonomi dan volatilitas harga komoditas bisa menjadi risiko, valuasi yang menarik dan potensi stabilitas di sektor batubara membuat saham ini tetap layak dipertimbangkan dalam portofolio. Terutama bagi investor yang memiliki profil risiko moderat hingga tinggi, terang Hendra.
Secara teknikal, ADRO menunjukkan sinyal positif sehingga layak dicermati untuk trading buy dengan target harga di Rp 3.990 per saham. Founder WH Project William Hartanto mengamini, pergerakan saham ADRO sedang uptrend secara teknikal.
William menyematkan rekomendasi buy ADRO dengan target harga Rp 3.700 per saham-Rp 3.900 per saham. Sementara Miftahul menyarankan wait and see terlebih dulu untuk ADRO yang sudah memasuki area resistance trendline-nya. Pada Rabu (28/8) saham ADRO menguat 0,28% ke Rp 3.530 per saham.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Indonesia Febriati Nadira masih optimistis dengan prospek pertumbuhan ADRO. Terutama didukung oleh kenaikan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, serta Asia Selatan.
Sebagian pelanggan kami telah memiliki kontrak jangka panjang dan kami fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan, kata Nadira, kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).
Dus, ADRO fokus untuk mencapai target penjualan batubara sekitar 65 juta ton-67 juta ton. Meliputi 61 juta ton-62 juta ton batubara termal, dan 4,9 juta ton-5,4 juta ton batubara metalurgi dari anak usahanya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Nadira bilang, harga batubara tidak dapat diprediksi dan akan selalu berfluktuasi. Sehingga ADRO tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
Selain itu kami akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya, imbuh Nadira.
Berbarengan dengan itu, ADRO melanjutkan langkah diversifikasi bisnis untuk meningkatkan kontribusi dari bidang non-batubara termal. ADRO menggarap sejumlah proyek mineral dan energi terbarukan.
ADRO menganggarkan belanja modal (capex) jumbo dengan estimasi US$ 600 juta – US$ 700 juta pada tahun 2024. Capex ini termasuk investasi ekuitas pada proyek-proyek terkait kawasan industri di Kalimantan Utara.
Pada semester pertama, ADRO menyerap capex sebesar US$ 394 juta atau meningkat 46% (YoY). Capex ADRO terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan kapal, investasi awal pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, serta investasi pada infrastruktur.
Baca Juga: Mudah, Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Di ATM BCA, BNI, BRI, Mandiri, CIMB, Permata