wmhg.org – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup pada zona merah pada perdagangan hari ini, Jumat (15/11). IHSG turun 0,74% atau 53,30 ke 7.161 hingga akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini.
Dalam sepekan, IHSG tercatat terkoreksi 1,73%. Aliran dana asing terpantau masih keluar sebesar Rp 283,68 miliar dari pasar reguler pada hari ini.
Melansir data di laman BEI, total volume transaksi hari ini tercatat sebanyak 48,35 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 11,75 triliun. Volume transaksi hari ini naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan perdagangan hari Kamis (14/11) kemarin yang hanya 22,03 miliar saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, koreksi IHSG dalam sepekan disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Oktober 2024 yang tercatat berada di angka 2,6% secara tahunan alias year on year (YoY). Angka itu turun jika dibandingkan dengan bulan September 2024 yang sebesar 2,4% YoY.
Kedua, pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell yang menyatakan bank sentral AS itu akan cenderung hawkish pada kebijakan moneter. Sehingga, diperkirakan pada bulan Desember nanti tidak akan ada pemangkasan suku bunga The Fed.
“Hal itu juga menyebabkan imbal hasil US Treasury note 10 years dan indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (15/11).
Ketiga, dengan adanya penguatan DXY, maka nilai tukar dolar AS cenderung menguat terhadap rupiah.
Terakhir, masih terjadinya aliran keluar dana asing. Selama sepekan, para investor asing melakukan aksi jual sebesar kurang lebih Rp 6,15 triliun di pasar reguler dan Rp 6,34 triliun di seluruh pasar.
“Keempat sentimen tersebut juga mendorong volume transaksi di Bursa hari ini meningkat dua kali lipat,” katanya.
Untuk Senin (18/11), Herditya memperkirakan pergerakan IHSG berpeluang menguat terbatas dengan area support di 7.149 dan resistance di 7.172.
Sentimen pergerakannya akan dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berpeluang menguat, serta masih adanya kekhawatiran akan terjadinya aliran dana asing pada IHSG.
Herditya menyarankan investor untuk mencermati pergerakan saham BRIS dengan target harga Rp 2.900 -Rp 3.000 per saham, ULTJ Rp 1.730 – Rp 1.765 per saham, dan HRTA Rp 388 – Rp 400 per saham.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi melihat, pergerakan IHSG sepekan terakhir bergerak cenderung tertekan dan kembali bergerak ke zona oversold dengan indikator MACD menunjukkan pelemahan tren di zona negatif.
Hal ini masih dipengaruhi ketidakpastian pasar paska terpilihnya Donald Trump dalam Pemilu AS. Trump juga telah menyampaikan akan segera mengumumkan calon menteri dalam kabinetnya.
“Selain itu, nilai neraca dagang yang surplus sebesar US$2,47 miliar atau di bawah ekspektasi pasar juga membuat IHSG lesu. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun semakin mendorong ketidakpastian pasar,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (15/11).
IHSG pun diperkirakan bakal bergerak mixed cenderung melemah pada perdagangan Senin esok dalam rentang level support 7.088 dan resistance 7.288, dengan indikator MACD masih menunjukkan pelemahan tren di zona negative.
“Pasar masih menantikan rilis keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan tetap pada level 6%. Jika yang terjadi di luar ekspektasi, tentu akan berdampak terhadap spekulasi pasar,” tuturnya.
Untuk perdagangan Senin (18/11), Audi merekomendasikan speculative buy untuk ADRO dengan pergerakan di level support Rp 3.790 per saham dan resistance Rp 4.170 per saham. Rekomendasi trading buy juga disematkan untuk RAJA, dengan pergerakan di level support Rp 1.930 per saham dan resistance Rp 2.290 per saham.