wmhg.org – JAKARTA. Empat emiten yang dikuasai konglomerat Prajogo Pangestu telah merilis laporan keuangan periode setengah tahun 2024. Mereka adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Hingga tulisan ini dibuat, tinggal PT Petrosea Tbk (PTRO) yang belum merilis laporan kinerja semester I-2024. Adapun, empat emiten milik Prajogo Pangestu membukukan kinerja yang beragam dalam enam bulan pertama tahun ini.
Induk Grup Barito, BRPT, mengantongi pendapatan US$ 1,15 miliar di semester I 2024. Pendapatan BRPT terpangkas 16,05% dibandingkan periode sama tahun lalu (Year on Year/YoY), yang senilai US$ 1,37 miliar.
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan dan beban langsung BRPT ikut menyusut 16,06% (YoY) ke level US$ 914,47 juta. Membuat laba kotor BRPT turun 14,06% (YoY) menjadi US$ 244,73 juta.
Dari pos pembukuan lainnya, salah satu yang paling signifikan adalah keuntungan kurs mata uang asing yang mencapai US$ 20,97 juta. Dibandingkan periode setengah tahun 2023 lalu, BRPT mencatatkan kerugian kurs mata uang asing sebesar US$ 10,80 juta.
Namun pada enam bulan 2024, keuntungan lain-lain BRPT turun 21,03% (YoY) menjadi US$ 67,86 juta. BRPT pun membukukan laba periode berjalan senilai US$ 50,34 juta pada semester I-2024, turun 38,36% dari posisi US$ 81,67 juta pada semester I-2023.
Namun secara bottom line, laba bersih BRPT tumbuh 13,60% (YoY) menjadi US$ 34,49 juta pada semester I-2024. Sebagai perbandingan, BRPT membukukan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 30,36 juta pada semester I-2023.
Sebagai informasi, pendapatan bersih BRPT pada semester I-2024 didominasi segmen petrokimia senilai US$ 866 juta dan energi US$ 290 juta. Masing-masing turun sekitar 19,4% dan 2,4% secara tahunan. Sedangkan pendapatan dari segmen lainnya relatif stabil di level US$ 3 juta.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengungkapkan penurunan pendapatan konsolidasi BRPT terutama didorong volatilitas yang sedang berlangsung di sektor petrokimia global. Kemudian, ada turnaround maintenance (TAM) terjadwal di kompleks petrokimia kami yang mengakibatkan penurunan volume penjualan.
Selain itu, pemeliharaan juga dilakukan pada salah satu unit operasi panas bumi. Di sisi lain, kontribusi dari Sidrap I yang baru saja diakuisisi membantu mengurangi sebagian penurunan pendapatan, dimana pada periode ini berhasil mencapai rekor produksi tertinggi sejak pertama kali beroperasi.
“Meskipun terjadi gejolak, kami terus melanjutkan rencana ekspansi, yang terlihat dari progres pertumbuhan organik dan serangkaian akuisisi untuk mendukung pertumbuhan ke depan. Akuisisi yang terfokus dan kemitraan strategis akan terus memperkuat posisi pasar kami dan mendukung transisi menjadi pemain regional terkemuka., terang Agus dalam keterbukaan informasi, Rabu (31/7).
Tantangan di bisnis petrokimia tercermin dari penurunan kinerja top line dan bottom line anak usaha BRPT, yakni TPIA. Pendapatan TPIA anjlok 19,34% (YoY) dari US$ 1,07 miliar menjadi US$ 866,49 juta pada semester I-2024.
Secara bottom line, rugi bersih TPIA meroket 7.999,65% (YoY) menjadi US$ 47,46 juta pada semester I-2024. Sebagai perbandingan, rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TPIA di semester I-2023 masih sebesar US$ 586.000.
Sedangkan dari segmen energi terbarukan, laba bersih BREN hanya tumbuh mini sebanyak 0,53% (YoY). Dari sebelumnya US$ 57,64 juta menjadi US$ 57,95 juta pada semester I-2024.
Keuntungan yang hanya naik tipis itu terjadi ketika pendapatan BREN mengalami penurunan 2,32% (YoY). BREN mengantongi pendapatan US$ 290,07 juta hingga periode 30 Juni 2024, berbanding US$ 296,98 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Ketika kinerja BRPT, TPIA dan BREN dari Grup Barito cenderung tertekan, cuan emiten batubara Prajogo Pangestu tumbuh signifikan. CUAN membukukan pendapatan senilai US$ 309,69 juta pada semester I-2024 atau terbang setinggi 348,43% ketimbang semester I-2023, yang kala itu masih di level US$ 69,06 juta.
Secara bottom line, CUAN meraih laba bersih sebesar US$ 29,57 juta hingga 30 Juni 2024. Keuntungan CUAN melonjak 163,31% dibandingkan laba bersih semester I-2023 senilai US$ 11,23 juta.
Meski membukukan kinerja yang beragam, namun pergerakan saham keempat emiten Prajogo Pangestu itu kompak naik hingga sesi I perdagangan Kamis (1/8). Harga BRPT menguat 2,29% ke level Rp 1.115 per saham.
Harga saham TPIA naik tipis 0,26% ke harga Rp 9.675 per saham. Harag BREN menanjak 1,45% ke level Rp 8.775 per saham. Sedangkan harga saham CUAN naik 0,59% ke posisi Rp 8.525 per saham.