wmhg.org – JAKARTA. Berbagai tantangan mewarnai industri perbankan tahun ini sehingga berdampak pada laju pertumbuhan laba yang cukup melambat, termasuk bank BUMN. Meski demikian, bank milik negara ini diperkirakan tetap mampu memberikan dividen jumbo dari tahun buku 2024.
Jika menilik data kinerja bank-bank pelat merah pada semester I-2024, perlu disadari bahwa pertumbuhan laba mereka tak ada yang mencapai dobel digit. Tertinggi hanya ditorehkan oleh PT Bank Mandiri Tbk yang mencatatkan pertumbuhan laba 5,22% secara tahunan (yoy).
Di sisi lain, pemerintah dalam Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 menargetkan dividen perusahaan pelat merah ditaksir mencapai Rp 86 triliun, naik dari proyeksi tahun ini yang mencapai Rp 85,2 triliun. Di mana, sektor perbankan selama ini menjadi salah satu penyumbang terbesar pada dividen perusahaan BUMN.
Secara historis, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menjadi bank BUMN dengan dividen terbesar dengan yang paling terakhir mencapai Rp 48,1 triliun. Maklum, bank yang menyasar segmen UMKM dalam tiga tahun terakhir selalu memberikan rasio dividen hingga 80%.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa mau berapapun laba yang didapat BRI di tahun ini, dipastikan rasio dividen BRI akan tetap besar. Sebab, ia melihat BRI sudah memiliki permodalan yang cukup kuat sehingga tak perlu menyisihkan laba ditahan.
Sebagai gambaran, saat ini BRI memiliki rasio CAR pada kisaran 24%. Jika memang rasio tersebut harus turun 2% tiap tahunnya, maka Sunarso memastikan dividen jumbo bisa tetap dibagikan BRI setidaknya hingga lima tahun ke depan.
Sedangkan kalau kita mau tumbuh, asumsi katakanlah kita memakai modal 2% saja untuk tumbuh setiap tahun, maka kita jaga di CAR minimumnya katakanlah sudah sangat prudent itu 17,5%, ujar Sunarso.
Meski demikian, ia bilang bahwa keputusan pembagian dividen ini juga akan mengikuti persetujuan dari pihak-pihak terkait, mulai dari Kementerian BUMN hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurutnya, pihak-pihak tersebut juga sepakat jika BRI harus memberikan dividen besar.
“Kalau mereka mengizinkan kita membayar dividen tiap triwulan, kita lakukan. Karena apa? Lebih baik bagi kita untuk nyicil dividen daripada langsung sekaligus,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo bilang selama lima tahun terakhir bank berlogo pita emas ini telah membagikan dividen dengan rasio dividen secara konsisten sebesar 60%.
Ia bilang pihaknya tentu juga ingin agar rasio dividen tersebut bisa dipertahankan untuk ke depan. Namun, ia memastikan bahwa keputusan tersebut sangat tergantung dari keputusan pemegang saham.
“Dalam penentuan rasio, kami terus memperhatikan tingkat permodalan yang optimal, terutama untuk mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang secara sustain,” ujar Sigit.
Sebagai informasi, untuk tahun 202 Bank Mandiri telah membagikan dividen sebesar Rp 33 triliun kepada pemegang saham dengan dividend yield sebesar 6,5%. Adapun, dividen yang disetor ke negara senilai Rp 17 triliun.
“Kami akan mempertahankan konsistensi kinerja Mandiri group untuk terus meningkatkan value kepada stakeholders, khususnya pemegang saham,” ujar Sigit.
Tak mau kalah, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) pun juga akan mengusahakan membagi dividen atas kinerja tahun buku 2024. Secara nilai, BTN memang bank BUMN yang paling kecil dalam memberikan dividen.
Atas kinerja tahun buku 2023, BTN telah membagikan dividen senilai Rp 700,19 miliar. Angka ini setara dengan 20% dari total laba yang dibukukan BTN pada periode tersebut.
“Kalau kita lagi merasa bahwa kita perlu naikkan dividend payout dengan pertimbangan tertentu, kita akan naikkan sama pemerintah. Tapi most likely sih saya kasih guidance saja 20%-25% lah,” ujar Nixon.
Ia juga menegaskan untuk bisa memberikan dividen yang lebih tinggi kepada pemegang saham, manajemen akan terus berusaha menjaga laba agar tetap stabil meskipun biaya dana meningkat signifikan dengan mendorong pertumbuhan fee based.