Jakarta, wmhg.org Indonesia – Permintaan dunia yang lesu membebani laju harga nikel meskipun persediaan di gudang berada di level rendah.
Pada Rabu (18/5/2022) pukul 16.30 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 26.195/ton, turun 0,8% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Harga nikel terus turun dari hari ke hari. Situasi yang berbeda dengan dua bulan lalu di mana harga nikel melonjak di atas level US$ 30.000/ton. Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) jadi biang kerok.
Rumah penelitian Antaike mengatakan lockdown di China menekan konsumsi logam mineral, terutama nikel. Penyebabnya adalah produsen baterai kendaraan listrik mulai memotong bahkan menghentikan produksi.
Strategi nol Covid-19 di China memaksa penutupan wilayah-wilayah guna menekan angka penyebaran. Hal ini sangat berdampak pada rantai pasokan logam industri. Pertama-tama menyebabkan ketidakpastian di pasokan dan selanjutnya mempengaruhi permintaan.
Ada dampak yang relatif besar pada permintaan, sebagian karena penurunan pesanan baterai dan pembatasan transportasi domestik, kata Antaike.
Bagian dari sektor energi baru yang terkonsentrasi di Delta Yangtze dan China tenggara telah terkena dampak parah, tambahnya.
Ekspor nikel Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, turun pada bulan April mengindikasikan permintaan yang melemah.
Kepala BPS Margo Yuwono menyebut, penurunan nilai ekspor produk nikel tersebut juga dipicu adanya penurunan ekspor nikel dari sisi volume yakni turun 55,37% menjadi 29,9 ribu ton pada April 2022.
Untuk nikel secara nilai tercatat US$ 357,4 juta, turun 37,25%. Sedangkan untuk volume month to month(mtm) turun 55,37% atau volume tercatat 29,9 ribu ton. Untuk nikel, baik volume dan nilai di April month to month menurun, paparnya saat konferensi pers, Selasa (17/05/2022).
Penurunan lebih lanjut tertahan oleh persediaan yang rendah. Per 17 Mei 2022 persediaan di gudang bursa logam London (LME) tercatat 72.948 ton, turun 39,67% point-to-point (ptp) sejak awal tahun.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA