Jakarta – Harga emas dunia bergerak di kisaran USD 2.739 per ons pada Jumat lagi ini. Angka ini turun karena adanya aksi profit-taking setelah tiga hari berturut-turut mengalami kenaikan lebih dari 2%.
Aksi ambil untung ini membuat para pelaku pasar mengurangi eksposur mereka terhadap emas, terutama menjelang data Klaim Pengangguran AS yang diproyeksikan melonjak ke level tertinggi dalam enam minggu terakhir.
BACA JUGA: Cara Menabung Emas di Pegadaian dengan Mudah dan Menguntungkan: Panduan Lengkap
BACA JUGA: Donald Trump Bikin Tren Harga Emas Naik, Peluang Investasi?
BACA JUGA: Warga Amerika Berbondong-bondong Jual Saham dan Emas Buat Beli Bitcoin
Baca Juga
-
Harga Emas Loyo Terseret Rencana Kebijakan Donald Trump
-
Harga Emas Berkilau, Saham Apa yang Menarik Dicermati?
-
Stablecoin Berbasis Emas Pertama di Indonesia Resmi Meluncur
Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada pidato Presiden AS Donald Trump di Davos World Economic Forum (WEF), yang berpotensi memengaruhi sentimen global.
Analis Dupoin Andy Nugraha menjelaskan, berdasarkan analisis teknikal, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish masih mendominasi pergerakan harga emas
Harga emas berpotensi melanjutkan kenaikan hingga mencapai USD 2.780. Namun, apabila terjadi reversal, level support terdekat berada di USD 2.736, yang menjadi batas bawah proyeksi penurunan pada perdagangan hari ini, jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (24/1/2025).
Faktor pendukung lainnya datang dari kekhawatiran terhadap rencana tarif Presiden Trump yang mendorong permintaan emas sebagai aset safe-haven. Harga emas telah menunjukkan kenaikan signifikan ke level USD 2.764 pada Jumat ini, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar.
Meskipun demikian, pemulihan dolar AS untuk hari kedua berturut-turut memberikan tekanan terhadap emas. Dolar yang lebih kuat didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS yang moderat, serta sentimen risk-on di pasar ekuitas, yang mengurangi daya tarik emas sebagai instrumen investasi non-imbal hasil.