Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengaku, bila setiap tahun mencapat serangan cyber mencapai 3 miliar sampai 4 miliar kali dari sumber yang berbeda-beda. Meski begitu, keamanan data dan dana dari 32 juta nasabah masih terjamin.
Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA David Formula mengungkapkan, serangan paling sering yang diterima oleh BCA adalah Serangan DDoS. Serangan ini menargetkan mengganggu layanan jaringan dengan tujuan untuk menghabiskan sumber daya aplikasi sehingga tumbang.
Pola traffict ini dari luar, coba memenuhi sistem kita, otomatis konsumen atau nasabah aslinya enggak bisa masuk. Apakah berhasil? Tentu tidak, belum pernah kejadian, jangan sampai ya,ungkap David, dalam BCA Expoversary, di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Sabtu (22/2/2025).
Langkah yang dilakukan seperti mendata terlebih dulu berapa jumlah nasabah BCA yang saat ini mencapai 32 juta orang. Lalu, bisa dihitung transaksi per hari, sekitar Rp 180 juta, kemudian dikalkulasikan kapasitas planning.
Maka bisa dihitung atau diantisipasi bila ada serangan akan membuat kapasitas tersebut overload, sehingga membuat sistem lemot hingga tidak bisa digunakan. BCA juga terus meningkatkan kapasitas jaringan setiap tahun.
Sebagai contoh, pada 2023, BCA mendapat serangan DDOs hingga 1.9 miliar, lalu terus meningkat ke angka 3 sampai 4 miliar serangan. Kita sudah perhitungkan, sistem kita bisa mengakomodir itu, dipastikan aman, ujar David.
Bukan hanya untuk pengamanan dari serangan DDoS, BCA juga memprioritaskan keamanan cyber dalam bentuk teknologi lain. David mengaku, untuk capex teknologi perlindungan nasabahnya, terus meningkat hingga 8 persen dari anggaran belanja tahunan.
Dan itu terus meningkat, bisa sampai 10 persen,katanya.