Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Federal Reserve (the Fed) hanya akan satu kali menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) pada semester II 2025.
Lantaran, setelah membaca arah kebijakan The Fed, Perry menilai situasi ekonomi di Amerika Serikat saat ini membaik, meskipun masih dihadapi tingkat inflasi tinggi.
Sehingga bacaan-bacaan kami termasuk juga penjelasan dari Jerome Powell (Bos The Fed), menunjukan bahwa kemungkinan Fed Fund Rate hanya turun sekali, 25 bps. Itu pun baru terjadi pada awal semester 2 (tahun ini), ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Rabu (19/2/2025).
Ia juga melihat imbal hasil atau yield dari surat utang Pemerintah AS (US Treasury) masih tinggi. Dengan target defisit fiskal sebesar 7,7 persen pada 2025, dan 8,8 persen.
Bahkan ada wacana untuk menghilangkan debt ceiling. Itu menyebabkan kenapa yield US Treasury tetap tinggi. Demikian juga yang 10 tahun maupun 2 tahun. Itu berdampak pada keharusan kita menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, seru Perry.
Lantaran, indeks mata uang dolar AS terhadap dunia terpantau tetap menguat. Sehingga BI bersiap membuat arah kebijakan untuk melindungi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap mata uang asing, utamanya dolar AS.
Tempo hari DXY pernah 109, 108. Hari ini 107. Belum tentu Minggu depan, apakah kembali ke 108, 109. Dan ini memberikan tekanan-tekanan kepada nilai tukar, termasuk rupiah, kata Perry.