Jakarta – Dolar Amerika Serikat (AS) melemah dalam perdagangan Selasa ini setelah Presiden AS Donald Trump tidak memberlakukan tarif baru. Selain itu, pelemahan dolar AS ini juga terjadi karena Trump belum akan menerapkan aturan pajak baru. Ini merupakan sebuah kelegaan besar bagi mata uang lain yang terpapar perdagangan dengan AS.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (21/1/2025), Donald Trump, dalam pidatonya usai pelantikan, mengumumkan keadaan darurat terkait imigrasi dan energi serta kebijakan luar negeri yang lebih ekspansionis, termasuk janji untuk mengambil alih kembali Terusan Panama.
Namun, ia hanya sedikit menyebutkan rencana kenaikan tarif impor. Sejauh ini, tidak ada rincian tentang bagaimana atau kapan tarif akan diberlakukan.
Itu tidak berarti tarif tidak akan dikenakan, tetapi telah dianggap sebagai indikasi ke arah gradualisme dan menentang universalitas, kata ekonom senior National Australia Bank, Taylor Nugent.
Reaksi di pasar cepat, dengan indeks dolar jatuh 1,2% pada hari Senin dalam penurunan harian tertajam sejak akhir 2023. Indeks terakhir berada di 108,060, tepat di atas support di sekitar 107,70.
Euro naik ke USD 1,0416, setelah menguat 1,4% semalam untuk menguji resistensi di USD 1,0435. Uni Eropa menjalankan surplus perdagangan yang cukup besar dengan AS dan dipandang sebagai target utama tarif Trump.
Demikian pula, Trump telah mengancam Tiongkok dengan tarif hingga 60%, sehingga tidak adanya angka pasti pada hari Senin menyebabkan dolar merosot 1,0% menjadi 7,2642 yuan dalam perdagangan luar negeri.