Jakarta – Bank Indonesia (BI) dinilai perlu mempertahankan suku bunga acuan tetap di level 6,25 persen pada Agustus 2024.
Demikian disampaikan Ekonom Lembaga Penyelidikan dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky seperti dikutip dari Antara, Selasa (20/8/2024).
BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur BI Agustus ini,” ujar Riefky.
Riefky menuturkan, meski inflasi menurun, penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat meningkatkan volatilitas rupiah dan berpeluang melemahkan rupiah. Hal ini karena dapat memicu arus modal keluar.
Untuk menjaga perbedaan suku bunga dan menstabilkan mata uang, Bank Indonesia perlu menyelaraskan momentum penurunan suku bunga dengan pelonggaran moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Oleh karena itu, Riefky memandang BI dapat tetap menahan BI-Rate di level saat ini.
Ia menuturkan, Indonesia saat ini berada di posisi yang cukup baik dari aspek nilai tukar. Masuknya arus modal asing dalam beberapa pekan belakangan memicu apresiasi rupiah dan mengurangi tekanan eksternal.
Sementara itu, inflasi domestik mencapai titik terendahnya dalam 30 bulan terakhir dan secara bulanan mencatatkan deflasi selama tiga bulan berturut-turut, mengindikasikan adanya potensi penurunan daya beli masyarakat.
Perkembangan tingkat inflasi juga memberi sinyal bahwa adanya potensi kebutuhan untuk penurunan suku bunga untuk memacu tumbuhnya permintaan agregat.
Akan tetapi, pemotongan suku bunga acuan yang terlalu dini berisiko mendorong arus modal keluar sehingga meningkatkan volatilitas dan memicu depresiasi rupiah.
Oleh sebab itu, Riefky mengatakan, pemotongan suku bunga acuan oleh BI nampaknya perlu sejalan dengan momentum pemotongan suku bunga The Fed untuk menjaga perbedaan tingkat suku bunga.