Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir melihat dampak positif dari kerja sama PT Freeport Indonesia dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dalam pemasokan emas batangan. Menurutnya, ada penghematan sekitar Rp 200 triliun dalam satu tahun.
Erick Thohir mengatakan, kerja sama ini jadi bukti dampak positif dari proses hilirisasi. Diketahui, PTFI melalui smelter di Gresik, Jawa Timur akan memproduksi emas batangan yang dipasok ke PT Antam. Totalnya ditarget mencapai 30 ton dalam satu tahun.
BACA JUGA: Freeport Indonesia Dijadikan Bahan Hoaks, Simak Daftarnya
BACA JUGA: Smelter Gresik Kebakaran, Bos Freeport Tony Wenas Buka Suara
Baca Juga
-
Indonesia Bakal Tambahan Saham di Freeport hingga 61%
-
Waspada Lowongan Kerja Freeport Indonesia Palsu
-
Imbas Kebakaran Smelter Gresik, Freeport McMoRan Tunda Penjualan Tembaga hingga 2025
Dengan Freeport memproduksi 50 ton, Antam mengambil 30 ton, ada penghematan Rp 200 triliun, ujar Erick dalam penandatanganan kerja sama antara PTFI dan Antam, di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (7/11/2024).
Senada, Direktur Utama Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID, Hendi Prio Santoso mengatakan kerja sama dua anak usahanya itu mampu menghemat devisa. Pasalnya, produksi Antam sebelumnya dipasok lewat impor dengan nilai ratusan triliun.
Antam itu biasanya mengimpor bahan baku emas berupa ingot, dalam jumlah yang fenomenal-lah, angkanya ratusan triliun. Tapi insyaallah ke depan dengan ditandatangani sinergi ini, Indonesia akan menghemat devisa karena tidak lagi harus mengimpor bahan baku untuk usaha logam mulianya Aneka Tambang, jelasnya.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas menyampaikan, kesepakatan kerja sama ini dimulai dengan diskusi yang cukup panjang. Nantinya, 30 ton emas dari Precious Metal Refinery (PMR) milik PTFI akan dibeli oleh Antam.
Ruang lingkupnya sekitar 30 ton yang akan di-off take oleh Antam. Kalau memang Antam butuh lebih, kami juga siap, lebih dari 30 ton juga siap. Dan kontraknya untuk tahap ini 5 tahun, kalau dihitung dari jumlah nilainya, sekitar 12,5 miliar dolar AS, tapi tergantung dari harga emas, 12,5 miliar dolar itu sekitar Rp 200 triliun, ucap Tony.