Jakarta – Harga emas kembali menarik perhatian pasar setelah menembus rekor tertinggi baru pada USD 2.551 pada hari Kamis. Kenaikan harga emas dunia ini dipicu oleh rilis data inflasi AS dalam bentuk Indeks Harga Produsen (IHP) yang menunjukkan kenaikan harga di pabrik.
Analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren bullish emas semakin menguat dan didukung oleh sinyal dari berbagai indikator teknikal, terutama Moving Average yang semakin mendominasi pergerakan harga emas.
BACA JUGA: Harga Emas Kembali Cetak Rekor Tertinggi, Apa Penyebabnya?
BACA JUGA: Emas jadi Primadona Pasar Komoditas Berjangka, Segini Nilai Transaksinya
BACA JUGA: Harga Emas Dunia Tinggalkan Level Termahal, Saatnya Beli?
BACA JUGA: Masih Tren Bullish, Harga Emas Dunia Bisa Sentuh USD 2.529
Baca Juga
-
Harga Emas Kembali Sentuh Rekor Tertinggi, Jadi Level Segini
-
Goldman Sachs Ramal Harga Emas Makin Kinclong di 2025, Borong Sekarang Nih?
-
Harga Emas Antam Lebih Mahal Rp 20 Ribu Hari Ini 13 September 2024, Tengok Rinciannya
Emas diproyeksikan untuk melanjutkan kenaikan hari ini dengan target terdekat di USD 2.600. Jika emas berhasil mencapai level ini, maka kemungkinan harga akan terus bergerak naik, mempertahankan tren bullish yang mendominasi pasar.
Namun, Nugraha juga mengingatkan akan potensi pembalikan harga (reversal) yang dapat terjadi. Jika harga gagal menembus level USD 2.600, maka emas diperkirakan akan mengalami penurunan dengan target terdekat di USD 2.545, kata Andy dikutip Jumat (13/9/2024).
Selain analisis teknikal, faktor fundamental juga memegang peran penting dalam pergerakan harga emas. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas saat ini adalah ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed).
Para investor saat ini tengah menanti keputusan Fed minggu depan yang diperkirakan akan memangkas suku bunga. Namun, masih ada ketidakpastian terkait besaran pemangkasan tersebut, apakah akan sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin.
Ketidakpastian ini telah membebani dolar AS, yang pada gilirannya mendorong kenaikan harga emas.
Data klaim pengangguran AS yang lebih tinggi, yang dirilis pada hari Kamis, juga menambah alasan bagi para pelaku pasar untuk mengantisipasi pemotongan suku bunga yang lebih agresif.