Jakarta Harga emas melanjutkan kenaikan pada Rabu (15/1), seiring pelemahan dolar setelah data inflasi inti Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil yang lebih rendah dari ekspektasi. Ini menjadi yang menggerakkan harga emas dunia.
Hal ini meredakan tekanan inflasi dan menghidupkan kembali harapan bahwa siklus pelonggaran Federal Reserve (The Fed) belum berakhir.
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok
BACA JUGA: Harga Emas Anjlok 1% Usai Cetak Rekor Tertinggi Pekan Lalu
BACA JUGA: Harga Emas Bisa Tembus USD 2.701, Ini Analisisnya
Baca Juga
-
Menteri PPPA Ingatkan Soal Koin Jagat, Harga Emas Terus Naik
-
Harga Emas Antam Naik Lagi Hari Ini, Dekati Level Termahal
-
Harga Emas Terus Naik, Dipatok Segini Sekarang
Dikutip dari CNBC, Kamis (16/1/2025), harga emas spot naik 0,6% menjadi USD 2.693,63 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS ditutup naik 1,3% pada USD 2.717,80.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa inflasi inti, yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi yang fluktuatif, naik 3,2% secara tahunan. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan 3,3%.
“Data inflasi inti yang sedikit lebih rendah dari ekspektasi menjadi sentimen positif untuk emas. Implikasinya, The Fed kemungkinan tidak akan menutup peluang untuk memangkas suku bunga,” ujar Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Melek menambahkan, meskipun peluang pemotongan suku bunga pada Januari sangat kecil, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan pemotongan suku bunga hingga 40 basis poin (bps) pada akhir tahun, meningkat dari ekspektasi sebelumnya sebesar 31 bps sebelum data inflasi dirilis.
Dolar dan Imbal Hasil Obligasi Turun
Indeks dolar melemah 0,1%, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Selain itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga mengalami penurunan.
Namun, investor tetap khawatir bahwa potensi pemberlakuan tarif baru jika Donald Trump kembali menjabat minggu depan dapat memicu inflasi dan membatasi kemampuan The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih jauh.
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Namun, kenaikan suku bunga cenderung mengurangi daya tariknya.
Meskipun demikian, ketidakpastian seputar kebijakan tarif dan perdagangan global yang mungkin diberlakukan Trump diperkirakan akan terus mendukung permintaan emas sebagai aset safe haven.
“Ketidakpastian ini kemungkinan akan menjaga daya tarik emas sebagai perlindungan terhadap risiko ekonomi global,” ujar Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse by OANDA.