Jakarta – Harga emas dunia sedikit melemah ke kisaran USD 2.900 pada perdagangan Jumat (7/3/2025), namun tetap dalam pantauan para investor setelah harga emas menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di USD 2.956.
Meskipun ada sedikit pelonggaran akibat penundaan tarif impor mobil AS terhadap Kanada dan Meksiko, penerapan tarif timbal balik yang tetap akan berlaku pada bulan April menjadi faktor yang mendukung arus masuk ke aset safe haven seperti emas.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren bullish emas masih cukup kuat berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini.
Proyeksi jangka pendek menunjukkan bahwa harga emas berpotensi naik hingga level USD 2.929, terutama jika momentum bullish tetap berlanjut. Namun, jika terjadi reversal dan harga gagal menembus level tersebut, maka emas berisiko mengalami penurunan hingga target terdekat di USD 2.897, kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (7/3/2025).
Dari sisi fundamental, faktor utama yang mendukung pergerakan emas adalah pergeseran ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Data ekonomi AS yang melemah semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga beberapa kali pada tahun 2025.
Pergeseran ini tercermin dalam pasar obligasi, di mana imbal hasil Treasury mengalami perubahan signifikan. Bloomberg melaporkan bahwa investor semakin yakin bahwa suku bunga yang lebih rendah akan mendorong kenaikan harga emas dalam jangka panjang.