Jakarta – Harga emas dunia melampaui posisi kunci USD 2.800 untuk pertama kali pada Jumat, 31 Januari 2025. Kenaikan harga emas didorong keinginan pelaku pasar untuk mencari aset yang aman atas ancaman tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan tekanan inflasi.
Mengutip CNBC, Sabtu (1/2/2025), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 2.810,55 per ounce, setelah mencapai rekor tertinggi USD 2.817,23 pada awal sesi perdagangan.
BACA JUGA: Harga Emas Loyo di Tengah Penguatan Dolar AS, Saatnya Beli?
BACA JUGA: Harga Emas Melesat Imbas Ketidakpastian Kebijakan Tarif Dagang Donald Trump
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini Merosot Usai Cetak Rekor Termahal
BACA JUGA: Harga Emas Anjlok Hari Ini, Sentuh Level Segini
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini Lengser dari Puncak Termahal, Cek Daftarnya
Baca Juga
-
Emas Kembali Cetak ATH Tersengat Kebijakan Tarif Donald Trump, Saham Apa Saja yang Bakal Berkilau?
-
Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Terseret Kekhawatiran Tarif Dagang Donald Trump
-
Harga Emas Antam Loyo Usai Imlek, Simak Daftarnya di Sini
Harga emas berjangka AS sedikit berubah ke posisi USD 2.822,90, diperdagangkan dengan premi terhadap harga emas spot.
Ada banyak ketidakpastian di luar sana saat ini dan juga sikap menunggu dan melihat di panggung geopolitik dengan tarif,” ujar Senior Market Strategis RJO Futures, Bob Haberkorn.
Adapun Donald Trump telah menetapkan batas waktu pada Sabtu, 1 Februari 2025 untuk mengenakan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko. Ia menuturkan, masih mempertimbangkan tarif baru pada barang-barang China.
Emas batangan, aset pilihan selama masa gejolak ekonomi dan geopolitik berada di jalur yang tepat untuk mencatat kinerja bulanan terbaik sejak Maret 2024, naik lebih dari 7 persen pada Januari. Loga mini melampaui beberapa rekor puncak tahun lalu.
Selain itu, sinyal beragam yang kita dapatkan dari the Fed dan pemerintahan Trump saat ini menyebabkan ketidakpastian di pasar. Donald Trump ingin memangkas suku bunga, sementara the Fed ingin mempertahankannya,” ia menambahkan.
Pada awal pekan ini, ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menuturkan tidak akan tergesa-gesa untuk memangkas suku bunga lagi. Hal ini bertentangan dengan seruan Donald Trump yang sebelumnya yang menuntut biaya pinjaman diturunkan.