Jakarta – Harga emas dunia turun pada perdagangan hari Jumat. Penurunan harga emas ini terjadi karena investor membukukan keuntungan setelah mencetak rekor tertinggi sesi sebelumnya.
Meskipun mengalami penurunan, harga emas tengah bersiap menuju kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut yang didorong oleh permintaan safe haven yang kuat di tengah kekhawatiran atas rencana tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
BACA JUGA: Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Sebentar Lagi Sentuh USD 3.000
BACA JUGA: Strategi Cerdas Investasi Emas di Tengah Gonjang Ganjing Ekonomi
BACA JUGA: Prospek Emas Cerah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik
Baca Juga
-
Pemulung di Thailand Jual Emas yang Dikumpulkan dari Tempat Sampah, Harganya Capai Rp9,5 Juta
-
Kawendra Lukistian Dorong Optimalisasi Produksi Emas dan Peran Freeport dalam Bullion Bank
-
Harga Emas Antam Melorot dari Rekor Tertinggi sepanjang Sejarah
Mengutip CNBC, Sabtu (22/2/2025), harga emas spot turun 0,1% menjadi USD 2.935,75 per ons. Harga emas batangan naik sekitar 1,7% minggu ini setelah naik ke rekor USD 2.954,69 pada perdagangan hari Kamis.
Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,2% menjadi USD 2.950,30 per ons.
Ini hanya pergerakan klasik dari rekor tertinggi baru dan aksi ambil untung… (tetapi) fundamental emas tetap solid, kata kepala Operasi Allegiance Gold Alex Ebkarian.Â
Harga emas telah memecahkan dua rekor tertinggi minggu ini dan diperdagangkan di atas USD 2.950 per ons. Harga emas mampu mencetak rekor karena ketidakpastian seputar pertumbuhan ekonomi global dan ketidakstabilan politik telah menggarisbawahi minat investor terhadap emas batangan, yang telah naik 11,5% sejauh ini pada 2025.
Permintaan emas saat ini didorong terutama oleh investor barat dan bank sentral. Investor ETF tampaknya ikut-ikutan, kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Tarif Baru Trump
Rangkaian rencana tarif baru Trump yang diumumkan awal minggu ini mencakup bea masuk atas kayu dan produk hutan, di samping rencana yang diumumkan sebelumnya untuk mengenakan bea masuk atas mobil impor, semikonduktor, dan farmasi.
Ini terjadi setelah pengenaan bea masuk tambahan sebesar 10% atas impor Tiongkok dan bea masuk sebesar 25% atas baja dan aluminium.
Ebkarian menjelaskan, peran emas sebagai tempat berlindung yang aman belum sepenuhnya terwujud karena peralihan dari aset yang lebih berisiko ke aset yang lebih aman tidak signifikan.
Kebijakan FedÂ
Investor juga memantau lintasan suku bunga Federal Reserve AS untuk mencari petunjuk, mengingat kebijakan Trump dipandang sebagai inflasi.
Inflasi yang lebih tinggi dapat memaksa Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi, sehingga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.