Jakarta Harga emas dunia terus mengalami kenaikan di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh perang dagang dan ketegangan geopolitik. Para investor disarankan untuk menahan diri dan menunggu koreksi harga emas sebelum melakukan pembelian.
Menurut Analis pasar sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, harga emas masih menarik hingga tahun 2025 karena berbagai faktor global, termasuk konflik Rusia-Ukraina, kebijakan Amerika Serikat, serta tingginya inflasi di beberapa negara besar.
BACA JUGA: Harga Emas Antam Cetak Rekor Termahal Lagi, Cek Daftarnya di Sini
BACA JUGA: Harga Emas Stabil di Tengah Pembicaraan Damai AS-Rusia
BACA JUGA: Goldman Sachs Kerek Harga Emas pada 2025, Jadi Level Segini
Baca Juga
-
Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Sebentar Lagi Sentuh USD 3.000
-
Strategi Cerdas Investasi Emas di Tengah Gonjang Ganjing Ekonomi
-
Prospek Emas Cerah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik
Ketegangan di Eropa semakin meningkat setelah negara-negara seperti Inggris bersiap mengirim pasukan dan persenjataan ke Ukraina.
Sementara itu, pertemuan antara Amerika Serikat dan Rusia di Arab Saudi berlangsung tanpa melibatkan Ukraina, yang menimbulkan spekulasi di pasar keuangan.
Ini yang membuat potensi geopolitik kembali lagi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sehingga harga emas juga fluktuatif dan terus mengalami kenaikan, kata Ibrahim kepada www.wmhg.org, Kamis (20/2/2025).
Di sisi lain, inflasi di Amerika Serikat tetap tinggi, dan bank sentral AS kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini semakin memperkuat posisi emas sebagai instrumen investasi yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Harga emas dunia pada semester pertama diperkirakan bisa mencapai level 2.050 USD per troy ounce. Namun, ada kemungkinan koreksi harga hingga Rp2.700 per gram. Oleh karena itu, investor sebaiknya menunggu hingga harga turun sebelum membeli,” ujar Ibrahim.