Jakarta – Harga emas naik lebih dari satu persen pada perdagangan Kamis, 7 November 2024. Kenaikan harga emas didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Di sisi lain, the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS memangkas suku bunga 25 basis poin seperti yang diharapkan.
Mengutip CNBC, Jumat (8/11/2024), harga emas di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 2.691,36 per ounce, setelah susut ke level terendah dalam tiga minggu pada Rabu pekan ini. Harga emas berjangka AS ditutup mendaki 1,1 persen ke posisi USD 2.705,80.
BACA JUGA: Harga Emas Hari Ini Anjlok Usai Cetak Rekor Termahal
BACA JUGA: Harga Emas Dunia Cetak Rekor Termahal Lagi, Dipatok Segini Sekarang
BACA JUGA: Reli Harga Emas Terhenti, Target USD 2.800 Sulit Tercapai?
BACA JUGA: Prediksi Harga Emas Hari Ini, Faktor Geopolitik Masih Besar
Baca Juga
-
Harga Emas Melesat ke Level Termahal Menanti Hasil Pemilu AS
-
Pemilu AS Diprediksi Kacau, Harga Emas Naik Tipis
-
Harga Emas Turun Tipis Tertekan Dolar AS
Selain itu, perak spot naik 1,8% menjadi USD 31,71 per ounce, platinum naik 0,6% menjadi USD 992,65 dan paladium turun 1,3% menjadi USD 1.021,25.
Di sisi lain, pada akhir pertemuan kebijakan dua hari, bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan menjadi 4,5 persen-4,75 persen. Selain itu, pembuat kebijakan juga memperhatikan pasar kerja yang secara umum telah mereda.
Suku bunga AS yang lebih rendah memberi tekanan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi. Hal itu meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
“Emas tetap berada dalam pasar bull yang kuat dan tidak ada peristiwa pekan ini, dari pemilihan umum hingga keputusan the Fed hari ini yang mungkin akan mengubahnya,” ujar Pelaku Pasar Tai Wong.
Indeks dolar turun 0,6% terhadap mata uang lainnya setelah naik ke level tertinggi empat bulan usai kemenangan mantan Presiden Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden pada Selasa pekan ini.
Para pedagang saat ini memperkirakan pemangkasan 25 basis poin lagi oleh Fed pada Desember, menurut data LSEG.
“Dengan kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan, setiap penurunan suku bunga acuan di masa mendatang mungkin akan lebih sulit dicapai karena kekhawatiran bahwa harga yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebijakan restriktif lebih lama dari yang mereka inginkan, tulis analis independen Michael Hewson dalam sebuah catatan.