Jakarta – Harga emas dunia melesat ke rekor tertinggi, dan hampir menyentuh posisi USD 3.000 per ounce pada perdagangan Kamis, 13 Maret 2025. Kenaikan harga emas didorong ketidakpastian tarif dagang yang meningkat dan taruhan pada pelonggaran kebijakan moneter oleh the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, Jumat (14/3/2025), harga emas di pasar spot naik 1,6 persen menjadi USD 2.977,36 per ounce. Harga emas itu merupakan rekor ke-12 hingga kini pada 2025.
BACA JUGA: 10 Cara Bedakan Emas Asli dan Palsu, Jangan Sampai Kena Tipu!
BACA JUGA: Harga Emas Dunia Naik Lagi, Kapan saatnya Beli?
BACA JUGA: Hati-hati, Harga Emas Berisiko Turun hingga USD 2.893
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 23.000 Segram, Simak Daftarnya di Sini
Baca Juga
-
Harga Emas Tembus Rekor Tertinggi, Ini Penyebabnya
-
Mahal Mana, Beli 1 Lot Saham BCA atau 1 Gram Emas Antam?
-
Harga Emas Dekati Puncak Sejarah, Simak Ulasannya di Sini
Harga emas naik hampir 14 persen sepanjang 2025, setelah kenaikan yang solid 27 persen pada 2024. Sementara itu, harga emas berjangka AS bertambah 1,4 persen menjadi USD 2.989.
Emas berada dalam pasar bull sekuler. Kami memperkirakan harga akan diperdagangkan di antara USD 3.000-USD 3.200 tahun ini, ujar Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian seperti dikutip dari CNBC.
Kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang berfluktuasi telah membantu emas, aset yang disukai oleh investor di tengah gejolak geopolitik dan ekonomi. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menuturkan, resesi akan “bermanfaat” untuk menerapkan kebijakan ekonomi Donald Trump.
Hal yang menjadi perhatian berikutnya adalah pertemuan kebijakan moneter the Fed. Bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25 persen-4,50 persen pada Rabu depan.
Dampak potensial dari tarif dan ancaman perdagangan tidak mungkin dimodelkan sehingga memaksa the Fed untuk mengukur data ekonomi guna membantunya menentukan langkah selanjutnya. Kami yakin the Fed terjebak dalam kondisi menunggu dan melihat, ujar CEO Sprott Asset Management, John Ciampaglia.
Adapun bank sentral telah menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin sejak September, tetapi menghentikan siklus pelonggarannya pada Januari. Pelaku pasar perkirakan bank sentral AS akan melanjutkan pemotongan biaya pinjaman pada Juni.
Di sisi lain, data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan harga produsen tidak berubah secara tak terduga pada Februari, sementara indeks harga konsumen naik 0,2 persen bulan lalu setelah naik 0,5 persen pada Januari.