Jakarta – Harga emas dunia bergerak melemah dalam pada musim liburan Natal dan jelang pergantian tahun. Pelemahan harga emas terbebani oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan imbal hasil Treasury AS.
Saat ini, investor menunggu sinyal yang lebih jelas tentang kebijakan moneter Federal Reserve (the Fed) atau Bank Sentral AS untuk 2025. Penurunan ini juga diperkuat oleh pelemahan permintaan dari India, di mana masyarakat cenderung memilih perhiasan emas dengan kadar lebih rendah, yang menyebabkan penurunan konsumsi secara keseluruhan.
BACA JUGA: Jelang Libur Natal, Harga Emas Loyo
BACA JUGA: Harga Emas Pulih Berkat Permintaan Tiongkok, Tren Bullish Mulai Terbentuk
BACA JUGA: Prediksi Pergerakan Harga Emas Dunia Selama Libur Natal dan Tahun Baru
BACA JUGA: Cek Harga Emas Antam Hari Ini 22 Desember 2024
Baca Juga
-
Meramal Harga Emas 2025, Makin Mahal atau Lebih Murah?
-
CAMP Sebut PPN dan Daya Beli Bakal Pengaruhi Industri Ice Cream
-
Sambut Natal, Harga Emas Antam Melorot Rp 13.000
Di sisi lain, diskon dealer emas sedikit mengecil menjadi USD 8 per ons dari sebelumnya USD 9, mencerminkan adanya pemulihan permintaan yang terbatas, ulas Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dan Hernanda Cahyo, dikutip Jumat (27/12/2024).
Pada Rabu lalu, harga emas turun lebih dari 2% dan mencapai level terendah dalam satu bulan, setelah Federal Reserve memberikan sinyal suku bunga untuk tahun depan diperkirakan berada di kisaran 25-50 basis poin. Meski begitu, Fed juga mengindikasikan ke depan laju kenaikan suku bunga akan melambat, yang memberikan penguatan pada nilai dolar AS dan imbal hasil obligasi. Faktor ini semakin menekan pergerakan harga emas di pasar global.
Kami juga merevisi proyeksi harga emas untuk tahun 2024 menjadi USD 2.380 per ons dari estimasi sebelumnya USD 2.400 per ons, tetapi tetap mempertahankan proyeksi untuk tahun 2025 di level USD 2.600 per ons, kata Farras dan Hernanda.