Jakarta – Fenomena antrean panjang di toko emas belakangan ini menarik perhatian publik. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong membeli logam mulia, seolah tak ingin ketinggalan momentum.
Analis Emas Ibrahim Assuaibi memberikan peringatan penting agar masyarakat tidak terjebak dalam sikap FOMO (fear of missing out) atau ikut-ikutan membeli emas tanpa perhitungan yang matang.
BACA JUGA:Harga Emas Istirahat Sejenak Usai Cetak Rekor Terus
BACA JUGA:Punya Duit Rp 30 Juta, Pilih Beli iPhone 16 atau Emas?
BACA JUGA:Perang Dagang Berkobar, Harga Bitcoin Bisa Tembus Berapa?
Baca Juga
-
Harga Emas Bertahan di USD 3.208, Simak Prediksinya Hari Ini
-
Berapa Harga Emas Antam Hari Ini? Cek Rinciannya Usai Turun dari Rekor Termahal
-
7 Barang Nyeleneh Terbuat dari Emas, Ada Kloset Duduk Seharga Rp 99 Miliar
Menurutnya, keputusan untuk membeli emas harus disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Ia menekankan bahwa pembelian emas sebaiknya dilakukan dengan dana yang memang tidak dibutuhkan dalam waktu dekat, bukan dengan uang operasional atau bahkan hasil utang.
Sebenarnya kalau uangnya pas-pasan. Kalau uangnya pas-pasan ini pasti berisiko. Tapi kalau uangnya banyak, uang nganggur ya tidak jadi masalah, kata Ibrahim kepada www.wmhg.org, Selasa (15/4/2025).
Ibrahim menjelaskan bahwa emas merupakan instrumen investasi jangka menengah hingga panjang. Artinya, keuntungan dari investasi ini biasanya baru terasa dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun.
Oleh karena itu, masyarakat harus siap menyimpan emas dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum mendapatkan imbal hasil yang signifikan.
Artinya fenomena ini memang saat yang tepat bagi mereka melakukan pembelian. Namun mereka juga harus hati-hati bahwa, kalau bisa melakukan pembelian dengan uang nganggur, bukan dengan uang operasional. Karena kemungkinan besar sejak jangka benar-jangka panjang, 3-5 tahun masih lama untuk cuan (untung), jelasnya.