Jakarta Harga emas kembali mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Lonjakan harga emas didorong oleh investor yang mencari aset safe haven setelah China membalas dengan tarif pada AS sebagai tanggapan terhadap tarif Presiden Donald Trump.
Dikutip dari Antara, harga emas dunia di pasar spot naik 1,1% menjadi USD 2.843,06 per ons setelah mencapai rekor tertinggi USD 2.845,14 di awal sesi. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,6% menjadi USD 2.873,7.
BACA JUGA: Harga Emas Antam Lengser dari Rekor Tertinggi, Ini Rinciannya
BACA JUGA: Harga Emas Diprediksi Sentuh Harga Tertinggi Baru, Berapa?
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini 2 Februari 2025, Masih Cetak Rekor Tertinggi!
BACA JUGA: Harga Emas Kembali Cetak Rekor Imbas Ancaman Tarif Dagang Donald Trump
Baca Juga
-
Harga Emas Antam Cetak Rekor Termahal dalam Sejarah
-
Harga Emas Cetak Rekor Termahal, Masih Terus Naik Lagi
-
Rekor Harga Emas Terjegal Kebijakan Tarif Donald Trump
“Berita tarif keluar seperti yang terjadi semalam; menurut saya saat ini itulah pendorong utama dibanding hal dan data lain yang keluar hari ini, (tetapi) menurut saya itu akan dibayangi oleh berita tarif,” kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures, Bob Haberkorn.
“Dolar menguat pada awal minggu ini, tetapi dengan dolar yang lebih rendah, hal itu juga pasti membantu harga emas,” kata Haberkorn.
Dolar turun 0,5%, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
China mengenakan tarif pada impor AS, dengan cepat menanggapi bea baru AS, yang meningkatkan perang dagang antara dua ekonomi teratas dunia bahkan ketika Trump menawarkan penangguhan hukuman kepada Meksiko dan Kanada.
Rencana pemerintahan Donald Trump terkait tarif perdagangan disertai dengan risiko inflasi, tiga pejabat Fed memperingatkan pada hari Senin, dan satu pejabat berpendapat bahwa ketidakpastian atas prospek harga mengharuskan pemotongan suku bunga lebih lambat daripada sebaliknya.
Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS pada bulan Desember turun menjadi 7,6 juta, lebih rendah dari estimasi konsensus sebesar 8 juta, yang mengindikasikan potensi perlambatan ekonomi.