Jakarta Harga emas stabil pada perdagangan Selasa (24/12/2024) yang sepi karena liburan, sementara investor mencermati strategi suku bunga Federal Reserve AS dan kebijakan tarif Presiden terpilih Donald Trump. Kedua faktor ini diperkirakan akan memengaruhi pergerakan harga emas di tahun mendatang.
Dikutip dari CNBC, Rabu (25/12/2024), harga emas spot naik tipis 0,1% menjadi USD 2.616,88 per ounce, sedangkan emas berjangka AS ditutup naik 0,3% pada USD 2.635,50 per ounce.
BACA JUGA: Harga Emas Pulih Berkat Permintaan Tiongkok, Tren Bullish Mulai Terbentuk
BACA JUGA: Prediksi Pergerakan Harga Emas Dunia Selama Libur Natal dan Tahun Baru
Baca Juga
-
CAMP Sebut PPN dan Daya Beli Bakal Pengaruhi Industri Ice Cream
-
Sambut Natal, Harga Emas Antam Melorot Rp 13.000
-
Jelang Libur Natal, Harga Emas Loyo
“Tren mendatar saat ini tampaknya didorong oleh rendahnya likuiditas pasar,” kata Zain Vawda, analis pasar dari MarketPulse by OANDA.
Performa Cemerlang Emas di Tahun 2024
Emas mencatatkan kinerja gemilang sepanjang 2024, dengan kenaikan 27%, menjadikannya tahun terbaik sejak 2010.
“Kenaikan serupa dapat terjadi pada 2025, tetapi ini sangat bergantung pada perkembangan geopolitik,” tambah Vawda.
“Tanpa gangguan geopolitik yang tak terduga, proyeksi dasar menunjukkan harga emas dapat mencapai sekitar USD 2.800 per ounce, didorong oleh risiko yang terus berlanjut dan kekhawatiran perang dagang, tambahnya.
Sebagai aset investasi aman, emas tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Prediksi Harga Emas 2025
Analis memperkirakan bahwa kenaikan harga emas yang konsisten sepanjang 2024 akan membuka peluang untuk reli serupa pada 2025. Faktor-faktor yang mendukung termasuk:
- Pembelian emas oleh bank sentral secara berkelanjutan.
- Ketegangan geopolitik yang meningkat.
- Pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Namun, momentum kenaikan mulai mereda pada awal November 2024 karena penguatan dolar AS yang dipicu oleh “euforia Trump”, yang menghambat reli harga emas.
Dengan Donald Trump akan kembali menjabat sebagai Presiden AS pada Januari 2025, investor di AS bersiap menghadapi perubahan kebijakan signifikan. Kebijakan tersebut mencakup tarif perdagangan yang lebih tinggi, deregulasi, dan perubahan perpajakan, yang semuanya dapat memicu inflasi.
“Jika tarif benar-benar diterapkan, ini akan mengurangi ruang bagi The Fed untuk terus memangkas suku bunga. Pasar telah mulai menurunkan ekspektasi pemangkasan lebih lanjut untuk tahun 2025,” kata Frank Watson, analis logam mulia dari Kinesis Money.